""'>

Selasa, 23 April 2013

Seminar Do Good Things

Sudah lama sekali ya tidak mengikuti seminar-seminar lagi. Kali ini Bro Adhi mengajak saya ke sebuah seminar yang saya sendiri tidak tahu persis apa yang nanti di seminarkan, dan siapa pembicaranya. Karena dia sudah mengetag acaranya di Facebook saya, saya melihat sepertinya acaranya menarik. Yang membuat menarik salah satunya adalah Pak Handoko Hendroyono adalah salau satu temannya Pak Rene Suhardono. Saya memiliki buku Pak Rene yang Your Job is Not Your Career dan isinya wah sekali. Ya pastinya Pak Handoko mempunyai materi yang bagus juga. Jika saya mengerti bukunya Pak Rene dan Pak Handoko yang Brand Gardener, pastinya akan menambah pengetahuan saya tentang brand dan karir.



Waktu mulai adalah pukul 10.30, tapi saya berangkatnya jam 10.29 karena ada hal yang saya kerjakan. Gara-gara saya akan mengikuti lomba manga (komik jepang) yang diadakan nanti di bunkasai UDINUS, saya membeli drawing pen 0.05 dan marker, keduanya bermerk SNOWMAN.


Saya memulai latihan menggambar seperti saya waktu SD dulu. Apa saja yang saya lihat, saya coba untuk menggambarnya. Waktu itu yang saya gambar adalah Detective Conan. Awalnya saya tidak niat untuk menggambarnya, bahkan saya tidak menggunakan pensil. Saya teruskan menggambar, lalu saya foto dengan Blackberry saya, kemudian saya edit lagi di Photoshop, dan akhirnya saya upload di facebook saya. Hasilnya seperti ini, perpaduan ilmu vintage dan kemampuan gambar saya seadanya.


Tepat pukul 10.00, setelah saya mengupload, saya langsung bergegas mandi. Keluar dari kamar mandi jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.45. Tapi saya tidak yakin dengan jam itu, makanya saya beralih mengambil handphone saya untuk melihat jam berapa. Ternyata sudah pukul 10.25! Tinggal 5 menit lagi acara akan mulai. Saya matiin komputer, lampu, keran air, kipas angin, modem, dan rasa galau saya agar tetap terlihat cool bro.

Seperti biasa, saya selalu menggoogling dengan Google Map sebelum pergi ke suatu tempat. Tempat seminarnya berada di Jl. Depok, terdengar bukan nama jalan di Semarang, tapi setelah diperlihatkan oleh Mbah Google, lokasinya tidak jauh dari rumah saya, ya lumayan dekat. Sayanya sendiri yang  jarang keluar-keluar, sampai banyak yang bertanya kepada saya : "Kamu tu orang Semarang bukan si?"

Tingkat kesulitan untuk mencapai lokasi tersebut adalah easy. Saya hanya tanya kepada seorang tukang parkir dan ternyata hanya beberapa meter saja dari situ. Lokasinya adalah rumah makan padang, tapi kok tidak melihat tanda-tanda ada seminar yah. Saya parkir di situ, tidak lama ada mas-mas yang mau parkir juga, kami berkenalan dan masuk ke dalam. Namanya Asif, kita ngobrol sambil menaiki tangga ke lantai 3, tempat diadakannya seminar. Sesampainya di tempat, saya baru tahu kalau ternyata ada liftnya. Kita tidak menyesal sama sekali, saya hibur dengan bilang "Yah setidaknya kita bisa buat komunitas pencinta tangga setelah ini". Pernah lihat kan ada orang mau ngantri demi mendapatkan lift, tapi di sisi lain, ada tangga yang masih terbuka lebar dan itu sepi sekali, hanya 1-2 orang memakainya, ini kayak diskriminasi pada fasilitas. Saya berpikir pasti yang nyiptain tangga orang pintar tapi malas. Tapi ada kalanya kita sempatkan kebiasaan sehat, seperti menaiki tangga.

Bro Adhi datangnya agak telat, saya jemput lagi ke bawah dengan menggunakan tangga. Mendaftar lalu duduk manis, tiba-tiba acara langsung masuk ke makan siang karena sudah waktunya panitita memberi makan kepada para hadirin. Kebetulan saya sedang sakit radang tenggorokan, jadi ketika saya menelan sesuatu akan terasa sakit. Ditambah lagi masakan padang yang terkenal pedas itu dapat membuat tenggorokan saya kambuh lagi. Saya baru ingat dulu Bubu (orang AIESEC) dari Vietnam pernah bilang bahwa makanan Indonesia itu terlalu pedas, manis, dan asin. Saya juga sekarang sadar bahwa ternyata mereka memperhatikan kesehatan, mungkin untuk menjaga kesehatan, dan pastinya untuk menghindari sakit tenggorokan. Soalnya yang namanya sakit tenggorokan itu menyiksa banget. Jadi apaboleh buat saya menyingkirkan yang pedas-pedas, tapi entah kenapa masih ada pedas-pedas dikit, atau memang tidak pedas namun mungkin jika bahan itu dimakan dengan yang pedas akan terasa dahsyat pedasnya.

Sehabis makan, kita sholat di masjid terdekat. Dari menuju masjid, dan pulang dari masjid kita selalu sharing-sharing. Ternyata Asif tadi adalah teman kuliahnya Adhi, jadi kita semakin akrab waktu itu. Waktu kita sudah berada di rumah makan padang itu, kita menggunakan lift untuk ke lantai 3, saat itu pula komunitas pencinta tangga bubar. Saya merasakan kenapa lama sekali ya bukanya pintu, saya berpikir jangan-jangan kita memasuki dimensi yang berbeda kemudian saat kita keluar kita sudah berada di New York. Ah, untungnya waktu keluar kita kembali ke tempat seminar itu, syukur alhamdulillah perjalanan liftnya lancar.

Di situ saya melihat ada bapak-bapak yang sedang berbincang sambil berdiri. Mereka sepertinya asyik, saya mempunyai feeling pasti salah satu bapaknya adalah pembicaranya. Saya takut salaman, takutnya nanti salah lagi, yang saya ajak salaman, bincang dan foto itu pegawai rumah makan padang itu. Adhi duluan yang mendatangi bapak-bapak itu, kemudian berbincang dengan salah satu bapak itu. Saya pun mendekati Adhi. Saya diperkenalkan oleh Adhi oleh bapaknya. Adhi bilang, dia adalah penggemarnya Pak Rene, lalu tangan saya dijabat erat oleh bapak itu. Ternyata memang benar beliau yang namanya Bapak Handoko Hendroyono, yang membuat buku menjadi Brand Gardener. Kali ini, beliau juga memperkenalkan proyek bersamanya yaitu doinc.

Dimulailah acara inti, yaitu sharing dari Bapak Handoko tentang brand gardener. Sewaktu saya mendengarkan saya mencatat hal-hal yang harus saya lakukan dengan judul TO-DO. Hal-hal yang harus saya lakukan adalah

1. Membangun inspirasi terhadap brand saya, kalau tidak mempunyai nilai positif kenapa harus dibuat.

2. Personal branding, story telling terhadap brand seperti Maicih dengan penceritaan nenek sebagai logonya.

3. Sekarang ini untuk memudahkan brand dikenal masyarakat, brand itu minimal harus bisa membuat tersenyum atau bisa juga tersentuh.

4. Searching keyword untuk web seperti Jakarta Vintage, beliau berkata bahwa yang kuno-kuno itu sebenarnya menjadi perhatian khusus, tinggal bagaimana mengemasnya menjadi lebih menarik di era globalisasi ini. Magno radio juga diperlihatkan dalam slidenya, bahwa radio ini sangat khas, tidak ada jarum untuk mengetahui gelombang atau channel, jadi cara mendapatkan sinyalnya yaitu mendengarkan dengan telinga secara langsung. Itulah yang membuat benda itu menarik, membiarkan fungsi bagian tubuh manusia merasakan sesuatu.

5. Kolaborasi, seperti Honda perlu berkolaborasi dengan Nidji agar penjualannya meningkat. Ada juga diperlihatkan dalam slidenya, orang bule namanya saya lupa, dia menggambar sesuatu, dan sesuatu itu mempunyai cerita dibaliknya, dan kemudian dia mengkolaborasikan sesuatu itu dengan pakaian. Sehingga pakaian itu menjadi sangat khas buatan dari orang bule tersebut.

Setelah presentasi dan tanya jawab Bapak Handoko sudah selesai, para hadirin dipersilakan sholat Ashar dulu, karena acara belum selesai. Masih ada penampilan dari Bapak Ayip Bali yang memperkenalkan produk Kopi Kultur dan sharing tentang brand dengan story telling. Sebelum itu saya tidak melihat yang ingin foto, saya agak canggung, namun demi konten blog saya, saya harus berfoto dengan Bapak Handoko, dan berikut adalah hasil fotonya.


Saya tidak tahu kenapa saya melihat ke kanan, padahal sudah tahu tidak ada yang mau nyontekin, malah terlihat seperti penari Bali yang suka melirik.

Saya dan Asif pergi ke masjid duluan, sementara Adhi sedang menunggu sesuatu. Kami mengobrolkan banyak hal ketika dalam perjalanan menuju masjid Al-Huda, nama masjid yang sama dengan musolah yang ada di dekat rumah saya, walau musolah namun lumayan besar, tapi itu tidak menjadi masalah, soalnya dulu pernah  dengar ada yang bilang musolah itu ya masjid. Saking asyiknya kami ngobrol, kami tidak tahu bahwa kita sudah sampai atau tidak. Setelah dicek ternyata masih agak jauh. Kejadian ini sama seperti waktu kuliah dulu, ketika saya dan teman saya sedang asyik mengobrol di parkiran sampai-sampai lupa menaruh kendaraannya sendiri, tahu-tahu udah 10 meter jaraknya kendaraan itu.

Setelah sholat Ashar acara langsung dilanjutkan presentasi dari Pak Ayip Bali. Tadinya agak telat karena beliau terbang dari Bali, kemudian mendarat di kota Jogjakarta, dan alhamdulillah sampai di Semarang tepat ketika Pak Handoko selesai menyampaikan materi dan tanya jawab. Seperti biasa saya hanya mencatat hal-hal yang penting dan apa yang harus dilakukan atau TO-DO. Berikut yang saya tangkap dan tafsirkan, maaf jika misalnya salah, ini campuran dengan pikiran saya waktu itu juga :

1. Sensitfitas komunikasi (lihat tempat lahir, apakah ada potensi yang besar yang harus dikembangkan sebagai brand?), kita harus sensitif menanggapi kehidupan sosial kita, dan dari situ muncul ide atau produk yang mungkin bisa kita jadikan brand. Tapi di sini saya menangkap yah harus saya lakukan adalah aktif membalas twitter, atau facebook, walau hanya sekedar ucapan terima kasih.

2. Skenariokan bagaimana mencapai brand yang nantinya dikenal masyarakat melalui story telling yang kuat.

3. Cara menikmati kopi. Beliau lebih menyukai produk yang tidak banyak basa-basi namun konsumen sendiri yang merasakan nikmatnya kopi tersebut. Jadi dengan demikian konsumen akan bercerita dengan teman-temannya pengalaman ketika menikmati kopi yang benar-benar kopi. Kalau saya menangkap karena sebagai seorang blogger, berarti bagaimana pembaca bisa menikmati konten-konten yang ada di On The Way Raharjo.

4. Gerakan (kolektif), komunitas adalah salah satu tren zaman sekarang dalam mengkolaborasikan sebuah brand.

5. Substance (jangka panjang), brand yang bisa menstory-tellingkan dengan benar biasanya akan sangat awet, seperti KFC, Pizza Hut, Mcdonald, Starbucks, dan lain sebagainya.

6. Cara mengolah kopi, di kafe Kopi Kultur diperlihatkan cara membuat kopi dengan berbagai cara, selain menikmati kopi, pengunjung juga diberikan sensasi lain yaitu sensasi proses pembuatan kopi tersebut.

Setelah sharing-sharing dan tanya-jawab sudah selesai, tidak lupa saya berfoto dengan Bapak Handoko (Kanan) dan Bapak Ayip (Kiri). Karena kita harus berpikir kreatif maka saya juga fotonya agak kreatif. Berikut adalah fotonya :


Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Handoko dan Bapak Ayip atas ilmunya sangat bermanfaat. Semoga ada acara seperti ini lagi di Semarang. Berikut Field Report dari acara kemarin bisa disaksikan langsung di link doinc (klik). Kenapa harus berjabat tangan, karena kadang orang yang berjabat tangan dengan orang besar, kelak nantinya juga akan menjadi orang besar. Seperti artikel kaskus tentang jabat tangan bersejarah, diperlihatkan foto John F. Kennedy sedang berjabat tangan dengan Bill Clinton (24 Juli 1963), Presiden John F. Kennedy tidak tahu bahwa Bill Clinton akan menduduki Gedung Putih di masa yang akan datang.

Sebelum saya pulang saya pergi makan dengan Adhi dulu di dekat pombensin dekat Unisbank. Saya makan nasi rames sambil sedikit-sedikit mengobrol dengan Adhi. Tapi tidak berlangsung lama saya langsung pamit sesudah menghabiskan makanan, karena saya masih tidak enak badan sebetulnya, tapi syukurlah ketika menulis artikel ini saya sudah lumayan baikan. Semoga bermanfaat. (^^)

Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar