""'>

Minggu, 31 Maret 2013

Meet International Volunteer!

Setelah ekspedisi menemukan Rina berakhir. Saya jadi kenal dengan namanya Kayo dan teman-teman Jepangnya di Tegalrejo, saya memutuskan mengikuti seminar yang mereka adakan. Acara ini berkaitan tentang kepedulian anak-anak. Diskusi Internasional ini dihadiri Indonesia, Jepang, Perancis, dan Jerman. Saya hadir di situ dengan teman saya Kang Saef.

Kali ini saya akan memperlihatkan video Kayo, teman-teman Jepang, dan IIWC yang sedang menampilkan tarian khas Jepang, yaitu Soran Bushi. Silakan tonton klip berikut ini.

Finding Rina! - The Conclusion -

Awalnya saya antara malas dan tidak untuk menghampirinya, namun harus! Jadilah apa artinya perasaan itu? Bisa diartikan saya sedang bimbang atau bahasa kerennya GALAU! Ada perasaan grogi yang luar biasa sekali terjadi pada saya, padahal jarak masih jauh sekali. Saya memikirkan apa ya yang akan saya bilang nanti ya? Nanti kalau tidak suka bagaimana ya? Terus reaksi para IIWC ntar gimana ya? Apa saya tidak sopan tiba-tiba masuk dalam komunitas itu? Pikiran-pikiran itu terus bermunculan di kepala saya. Dengan masih memikirkan hal itu, motor tetap dengan kecepatan normal menuju tempat campsite tersebut. Seperti ada kekuatan cinta yang menggerakkan saya.

Merasa tersesat saya melihat print-print-an yang saya siapkan dari rumah. Menurut peta tersebut saya sudah melewati batas Desa Jatijajar namun belum ketemu juga mana tempat untuk masuk desanya. Kebingungan saya pun beristirahat dulu di Indomaret yang berada dekat dengan jalan raya. Saya membeli satu botol minuman segar untuk menghilangkan rasa haus saya. Kebetulan waktu itu ada gadis yang sedang menjaga toko aksesoris wanita yang sedang menganggur. Langsung saja tanyakan tentang Desa Jatijajar itu, waktu itu saya tidak menanyakan secara lengkap dia hanya bilang nanti kalau ada gapura masuk saja.  Ya sudah saya coba ke sana namun sesampainya di sana tidak ada tulisan Desa Jatijajar tersebut. Waktu itu saya berhenti sejenak dan memastikan lagi dengan peta buatan saya itu. Banyak pejalan kaki yang melewati saya dari berbagai arah. Saya pun mencoba bertanya dengan Bapak-bapak yang sedang lewat itu. Dia bilang bahwa tempatnya itu berada di depan Pabrik Coca-cola. Saya berpikir bukannya tadi depan Coca-cola itu tempat gadis yang berjualan aksesoris tersebut?

Kemudian saya menanyakan lagi tentang keberadaan tempat tersebut kepada gadis yang berjualan aksesoris itu. Sekarang dia menunjukkan arah yang tepat, saya tinggal mengikuti perintahnya saja. Saya pun mencoba berjalan pelan-pelan berlawanan arah, karena gapuranya ada di kanan jalan belokan pertama dari tempat gadis tadi. Dengan reding menyala ke kanan dan rasa hati-hati saya menelusuri jalan tersebut. Banyak bus dan angkot yang kadang-kadang berhenti di depan saya. Gapura yang dimaksud gadis tadi sudah kelihatan. Akhirnya saya bisa menemukan yang namanya Desa Jatijajar itu. Senang sekali seperti salah satu QUEST saya, sudah CLEARED. Tapi saya tidak bisa senang begitu saja karena misi yang lain masih menunggu.

Misi yang lain adalah bagaimana saya bisa menemukan Rina atau para member IIWC di tempat yang sangat luas ini. Saya dan motor Tiger saya pun memulai mencari tanpa bertanya-tanya dulu. Saya mencoba menghafalkan belokan-belokan yang ada di sepanjang jalan Desa itu. Untuk mempermudah saya mengambil ke arah kanan terus dan lurus agar mudah kembali ke gapuranya lagi. Tempatnya sangat sempit dan agak ramai penduduk. Setelah mentok dan tidak tahu harus ke mana lagi, saya bertanya pada penduduk setempat, apakah pernah melihat IIWC atau semacamnya dengan memperlihatkan foto.

Hari sudah mulai memasuki malam. Maghrib pun berkumandang, saya pun mencoba kembali ke depan gapura lagi. Ada Masjid yang sudah saya lewati di dekat gapura dan di situlah saya akan sholat maghrib. Ketika sholat saya berdoa kepada Allah SWT, tidak lupa sholawat yang diajarkan oleh Ustad Yusuf Mansyur. Setelah saya sholat saya melihat sekumpulan anak muda yang sepertinya sedang mencari sesuatu dengan tas ranselnya yang besar. Saya berpikir mungkin saja mereka adalah member IIWC. Saya pun mencoba bertanya darimana kah mereka? Ternyata mereka sedang mencari kos-kosan, dan tentu saja bukan IIWC.

Saya duduk di kursi bata yang ada di depan masjid sambil melihat foto Rina. Saya pun browsing facebooknya IIWC di hp Blackberry saya untuk mengetahui pasti kegiatan yang berlangsung saat itu. Sewaktu saya melihat-lihat foto IIWC, saya terpikirkan untuk memperlihatkannya kepada warga sekitar. Kebetulan waktu itu ada bapak-bapak yang duduk di dekat saya. Dengan nada perlahan saya bertanya kepada beliau dengan memperlihatkan foto IIWC itu. Setelah bertanya bapak ini menanyakan lagi ke bapak-bapak yang lainnya. Beliau tahu tapi tidak tahu lokasinya, dia menyuruh saya untuk pergi di toko pojokkan itu yang ada di pertigaan jalan.

Berbekal informasi yang saya dapat saya pun mendatangi toko kelontong itu. Saya melihat penjualnya sedang sibuk melayani pembeli. Pembeli terus berdatangan dan saya jadi kesusahan untuk menanyakan tentang keberadaan campsite IIWC. Sekitar 20 menit, pembeli masih berdatangan juga namun sekarang lumayan sepi. Waktu pembelinya hanya satu, saya langsung saja dekatin si penjualnya. Setelah pembelinya yang itu sudah beli, saya pun bertanya tentang keberadaan lokasinya. Beliau memberitahu patokan dan arah menuju ke sananya, namun beliau bilang bahwa rumah yang dituju itu hanya persinggahan sebentar bagi para member IIWC. Penjual itu sepertinya sedang sibuk, saya jadi tidak enak jika memintanya untuk mengantar dan menunjukkan lokasinya.

Saya merasa putus asa waktu itu karena situasi dan kondisi saat itu. Saya pun meratapi nasib saya di dudukan motor Tiger, sambil terus membaca sholawat berharap diberi kemudahan oleh-Nya. Ketika saya sedang sholawat, ada laki-laki sudah kebapakan menghampiri saya. Awalnya saya takut, kemudian dia tanya, "Mas lagi cari IIWC ya?". Saya balas saja "Iya, tahu lokasinya di mana mas?". Dia menjawab dengan murah senyum, "Wah saya tidak tahu mas, tapi mungkin mas bisa saya bantu ke tempat yang biasanya mereka kunjungi?". "Wah, beneran mas, boleh mas?", jawab saya dengan terkejut. "Boleh, mending mas ikutin saya saja dari belakang ya", dalam hati baik banget ya bapak ini. Kemudian beliau langsung men-start mesin motornya lalu berangkat, dan saya pastinya mengikutinya dari belakang.

Sekitar 2-3 menit tibalah kami di suatu rumah yang di mana terasnya ada undak-undakkannya, jadi rumahnya harus dicapai dengan mendaki maksudku melewati pijakan ke atas itu. Saya agak canggung karena bapak yang tadi terlalu baik, soalnya waktu itu dia langsung mengetuk itu pintu dan memanggilkan pemilik rumah tersebut. Ada 2 sosok bapak-bapak dan ibu-ibu muncul dari rumah itu dan menanyakan kepada saya, "Ada keperluan apa anda datang ke sini?". Bapak yang baik yang saya kenal waktu awal menjelaskan bahwa dia ingin bertemu dengan member IIWC dari Jepang. Saya pun tanpa ragu menanyakan keberadaan Rina, "Jadi kamu mau bertemu dengan gadis yang di foto ini?". Saya pun menjawab "Iya Pak!", bapak yang baik hati tadi nyeletuk "Mau dipek bojo ya mas, hehe?", yang artinya mau diambil istri ya mas. Ya saya hanya senyum dan iya-iya saja deh hehe (^^).

Kemudian bapak dan ibu itu meminta saya untuk menunggunya di dalam, karena nanti yang menunjukkan jalannya adalah anaknya yang sekarang belum pulang kerja. Ibu itu menghidangkan teh untuk saya, dan bapak itu mempersilakan untuk meminumnya, baik sekali memang warga di situ. Saya di situ banyak tahu tentang IIWC yang sudah pernah singgah di rumah ini. Tidak lupa saya menanyakan tentang Rina, dan mereka sepertinya pernah melihat. "Ini ndak Yuka?", tanya bapak itu, saya balas saja "Bukan". "Oh, mirip Yuka ya..", kemudian beliau memperlihatkan foto kenangan bersama IIWC yang di situnya ada Yuka. Memang agak mirip sih, salah satunya warna kulitnya sama, yaitu putih. Mereka cerita tentang cara mereka bertahan karena lapar, berbahasa, dan pokoknya semua hal tentang adaptasi.

Setelah berbincang agak lama, anaknya yang baru pulang kerja datang ke rumah. Dengan masih memakai jaket dia langsung mengajak saya ke tempat IIWC. Sebelumnya dia sudah biasa mengantar orang yang mau ke tempat IIWC. Makanya jika ada orang yang mau bertemu karena urusan sesuatu, dia pasti akan membantu.

Tempat yang kita tuju adalah Tegalrejo. Tegalrejo adalah salah satu tempat prostitusi yang berada jauh dari pusat kota Semarang dan tempatnya tidak jauh dari Desa Jatijajar. Dan disitulah, saya akan bertemu dengan member IIWC yang dari Jepang. Awal masuk saya agak canggung apakah harus bayar atau tidak, namun untungnya mas yang ngantar saya sudah kenal dengan yang jaga, jadi saya bisa memasukinya dengan gratis dan aman.

Saya melihat tidak terlalu banyak pemandangan erotic, hanya melihat 1-2 pekerja sex komersial dan suara-suara karaoke yang keras, saya berpikir mungkin mereka bersenang-senangnya di dalam rumah. Masnya yang mengantar saya masuk ke gang sempit, dan tidak jauh dari situ dia berhenti. Kemudian dia bilang kepada saya, "Kita sudah sampai Mas, Mas udah dikunci motornya?". "Sudah Mas", jawab saya. "Tunggu di sini sebentar", tegas Masnya. Lalu dia langsung pergi ke tempat paling pojok rumah yang berada di jalan buntu itu. Terlihat Masnya sedang berkomunikasi dengan orang yang di dalam rumah itu. Tidak lama dari itu saya disuruh ke sana, dan masnya pamit pulang ke saya, tidak lupa saya berterima kasih dengan masnya.

Saya jalan pelan-pelan menuju rumah itu. Ada laki-laki bertato seperti preman yang sedang duduk di kursi sofa depan rumah-rumah di jalan yang sempit itu. Saya agak takut untuk melangkah, tapi setelah saya bilang permisi, reaksi laki-laki bertato itu ramah sekali, dia mempersilakan lewat dengan keterbukaan hati dan senyuman. Sekitar 2 meter dari rumah yang dimaksud, saya mendengar suara orang-orang Jepang bergumam seperi "Nani?", "Dare?", dengan nada sedikit bingung.

Tibalah saya di rumah itu disambut oleh Mbak Dita atau Gita saya lupa. Dia adalah ketua IIWC dalam proyek tersebut. Badannya gemuk, pakai kaca mata, rambut keriting, pipi cubi, dan pastinya memakai seragam IIWC yang merah itu. Keadaan ramai sekali dalam rumah sempit. Di dalamnya itu saya melihat orang-orang Jepang sedang bersenda gurau dengan bahasa Jepangnya. Tapi ada yang aneh. Saya mencoba menanyakan langsung kepada mbaknya dengan memperlihatkan foto yang ada di HP saya, apakah pernah melihat Rina. Setelah dia melihat, dia menjawab, "Aku kurang tahu mas, ini mungkin proyek yang satunya yang di mangkang". Terus karena saya mengenal Taufik tapi belum bertemu dengannya, saya mencoba ingin bertemu dengannya dengan tanya kepada mbaknya itu.

Akhirnya dipanggilkanlah Mas Taufik. Dia agak bingung dengan saya, karena baru ketemu tiba-tiba ketemunya di tempat Camp. Dia agak canggung, kaget, dan agak tidak percaya. "Kamu bisa ke sini gimana ceritanya?", tanya Mas Taufik. "Oh tadi dibantu orang dari Desa Jatijijar Mas. Ngomong-ngomong tahu Rina ga Mas?", tanya saya dengan memperlihatkan foto Rina di HP saya. "Oh ini, dulu pernah ketemu sih, udah lama, kayaknya udah pulang deh Mas", jawab Mas Taufik. "Iya sepertinya juga begitu Mas, coba saya panggilkan ketua yang dari Jepang dulu, Kayoooooo!", tegas Mbak Gita.

Kemudian saya dihadapkan dengan wanita yang energik dari negara Jepang namanya Kayo. Dia mempunyai rambut yang pendek, dan sepertinya dia suka senyum riang. Terus saya tanya dengan bahasa Inggris, "Do you ever meet Rina?". "Hmmm, Rina...?", diperhatikan foto itu dengan seksama oleh Kayo. "I think you ever meet Rina, when the first time she come in Indonesia", tanya Mas Taufik kepada Kayo. "I am sorry, I think I couldn't help", jawab Kayo. Tiba-tiba ada orang Jepang yang mau masuk bertemu dengan saya, gadis Jepang yang rambutnya pendek dan disemir emas. "Hai! My name is Ayaka! Nice to meet you!", dengan semangat dia menyapa. "I am Ricky, nice too meet you too! Do you have Indonesian name?", tanya saya agak bercanda. "Indonesian name, I don't hehe, should I?", tanya dia kebingungan. "Yeah of course! Hehe", jawab saya agak gaje.

Waktu itu saya ingin dihibur namun melihat masih pada sibuk saya pun pamit pulang kepada mereka. "Terimakasih mas, mbak, Kayo, sampai jumpa lagi, ja mata ashita!", Kayo membalas "Ja!". Saya pun pulang mengendarai Tiger saya, dengan diiringi cuaca hujan menambah kegalauan saya. Dalam perjalanan saya agak kecewa, sedih karena tidak ketemu juga dan sempat meneteskan air mata. Nasib barang kenang-kenanganku untuk Rina masih ada dalam tas.


 - Barang kenangan kondisi saat ini -

Setelah 2 atau 3 bulan terlewati, saya melihat video dari IIWC. Di video itu ada Rina! Saya pun langsung mencari info tentang itu, saya mencoba mencari-cari dan ternyata.... Ternyata Rina sudah memiliki pacar di Facebooknya, dan nama Facebooknya Rina Sakakura bukan Rina Asakura. Terjawab sudah semua kegalauan ini. Saya sedih, sesedihnya, karena dia, saya bisa melupakan mantan gebetan saya. Saya pun bisa tidak ingat ternyata waktu saya bertemu Rina, itu bertepatan dengan ulang tahunnya mantan gebetan saya. Karena Rina saya bisa move-on seperti itu. Saya add pun sampai sekarang ini belum diapprove juga oleh Rina. Mungkin saya salah mengartikan itu semua, perasaan saya itu hanya "SEPIHAK".

- End -

Selasa, 26 Maret 2013

Finding Rina! - The Preparation -

Setibanya di rumah, masih terngiang-ngiang wajah wanita Jepang itu. Terima kasih Ya Allah telah mempertemukan saya dengan Rina. Hanya dengan berbekal informasi yang secukupnya, saya langsung menghidupkan komputer untuk browsing. Mulai dari facebook saya searching nama Rina Asakura. Banyak sekali nama Rina Asakura-nya. Anehnya saya tidak melihat muka si Rina yang saya tahu itu. Saya melihat ada yang namanya Rina yang fotonya itu berada di Bali, karena ada kotak-kotak hitam putih begitu. Lalu saya add friend dan mengirimkan pesan saja kepada Rina itu. Pesan singkat yang saya tulis itu adalah "Do you remember me Rina?".

Waktu saya membuka Facebook, saya melihat ada acara yang akan datang. Di situ tertulis acara hunting foto bareng bersama komunitas PROLOG dan dimulai besok dari siang sampai sore di Watu Gong. Sebelum hari esok saya entah kenapa ingin memberikan sesuatu kenang-kenangan untuk Rina. Saya mengeprint hasil foto waktu kita foto bersama di Simpang Lima, lalu saya laminatingkan di fotocopyan agar terlihat rapi. Karena merasa kurang lengkap saya membelikan tas kardus bermotif batik untuk saya masukkan kenang-kenangan itu. Saya pun menuliskannya pesan dengan satu sobekan kertas yang berisikan "You are the most amazing girl I ever met", di bawahnya saya kasih terjemahan Jepangnya dengan google translate. Kertas itu pun saya masukkan juga ke dalamnya.

Hari hunting foto pun tiba, dan yang datang hanya lima orang saja. Waktu itu teman saya Sena kasihan sekali, kamera satu-satunya yang dia beli dari ebay, RUSAK! Dia adalah salah satu anggota dari komunitas IIWC juga. Sena pernah masuk di komunitas manapun, Semarang Lair, IIWC, Airsoftgun, dan lain-lain. Berikut adalah foto Sena waktu saya ambil gambarnya menggunakan kamera Fisheye No.2 saya.


Lihat tampangnya, sepertinya dia sedang bersedih melihat arwah kameranya melayang ke angkasa. Hunting pun berjalan lancar karena cuacanya cerah. Hari sudah mulai gelap, kami pun tidak langsung pulang ke rumah. Waktu itu kami nongkrong dulu di Brada, salah satu cafe yang terletak di Tembalang. Cafe ini terkenal dengan hidangan leker dan tehnya, namun menu-menu lainnya juga tidak kalah nikmatnya.

Saya dan teman-teman Prolog membicarakan acara selanjutnya, kamera, hasil foto, dan kadang bahas lainnya. Karena Sena adalah salah satu anggota IIWC saya pun jadi ingin bertanya mengenai orang-orang IIWC itu. Banyak hal yang saya tahu, dia memberitahukan saya hal yang penting, bahwa jika saya mendatangi tempat Campsite-nya kamu tidak akan diizinkan masuk begitu saja. Sebelum hunting foto pun saya sudah mengutak-atik website IIWC tersebut, bahwa tempat Campsite-nya juga ada banyak, tapi Sena pun juga sepertinya belum pernah ikut tapi dia tahu karena dengar dari teman IIWC-nya.

Malamnya saya belum juga diapprove oleh Rina. Sepertinya ada yang aneh. Saya pun langsung berlanjut untuk searching lokasi dan jadwal yang menurut saya Rina ada di situ. Di situ tertulis bahwa Tegalrejo lah yang nantinya yang akan saya datangi. Saya pun waktu itu online Facebook juga, saya add semua orang-orang yang berkaitan dengan IIWC. Kebetulan ada satu orang namanya Taufiq, dan waktu chat dia sedang melakukan proyeknya di Tegalrejo, dan sekarang masih di Desa Jatijajarnya dekat situ.

Sebelum ke tempat itu, saya ingin tanya-tanya langsung kepada IIWC nya. Besok siangnya saya diantar oleh Sena menuju ke pusat organisasi tersebut ditemani teman saya Kang Saef. Sesampainya di sana kami pun basa-basi dulu. Waktu itu kami bertemu Mas Haniv dan Mas Tain di kantornya. Mas Haniv, orangnya baik hati dan ramah. Kalau Tain menurut saya mungkin dia sudah baca e-mail saya tentang apakah dia kenal Rina atau tidak, entah kenapa dia tidak melihat mata saya waktu menjelaskan tentang IIWC. Ya memang detail sih memberikan infonya namun saya tidak terima saja dengan caranya berkomunikasi. Kang Saef pun merasa begitu, tapi dia ingin bergabung juga, namun sayang waktu itu saya tidak memiliki uang cukup untuk bergabung, mungkin lain kali. Setelah basa-basi saya pun mencoba menanyakan keberadaan Rina, tapi tidak terlalu jelas di mana. Saya pun bertanya apakah boleh mengikuti proyek yang sedang berjalan? Jawabannya adalah tidak boleh. Tidak lama setelah itu kami tidak jadi mendaftar dan pulang.

Malamnya saya sudah galau dan ingin sekali bertemu dengan Rina lagi. Jika ini jodoh saya, saya harus melakukan yang terbaik. Bahkan saya mempunyai impian bahwa saya mempunyai wanita Jepang dan dia Islam. Saya mencoba memotivasi diri sendiri dan mengembalikan kekuatan, langsung saja saya google map tempat-tempat itu dan kemudian saya keluar untuk mengeprint peta Desa Jatijajar dan Tegalrejo itu. Karena itulah kemungkinan banyak orang-orang Jepangnya dan semoga ada Rina di situ.




Waktu itu saya ada acara untuk melamar pekerjaan di Jakarta selama tiga hari dan berakhir hari Jumat. Nah, Sabtu sorenya saya akan mencoba mencari Campsite itu. Dengan hanya bermodalkan peta dari google map, foto Rina, dan tidak lupa barang yang ingin saya kasih untuk dia, saya akan mencoba mencarinya hari itu juga.

- To be continued -

Minggu, 24 Maret 2013

Finding Rina! - The Meeting -

Saya dulu pernah janji mau bercerita tentang bagaimana saya bisa menyebut Rina itu special. Kemarin saya sedang ngobrol dengan seseorang dari IIWC namanya Agustin, saya dipersilakan memanggilnya dengan "Tintin". Kita ngechat seperti biasanya tiap malam, ngobrolin apa saja dan kadang curhat tentang kegiatan akhir-akhir ini. Tintin memancing saya untuk curhat waktu itu. Mungkin ini agak awkward tapi dia mau tahu saja kenapa dia melihat di kotak chatingannya seperti saya mau menulis sesuatu tapi tidak jadi.

Tampilan chat Tintin kepada saya, waktu itu di kotak chat saya tertulis : "kl tya lihat, sering sekali mau ngetik tapi nggak jadi//"

Padahal saya sendiri tidak menulis apa-apa, ya saya berpikir, mungkin ini saatnya dia tahu kenapa saya bisa add friend dia atau bagaimana. Kenapa bisa begitu, saya akhirnya bercerita tentang Rina kepada Tintin. Tujuan saya agar Tintin tahu saja tidak lebih, karena saya juga tidak ingin dia berpikir macam-macam tentang saya. Saya ingin bercerita saja.

Cerita berawal ketika saya sedang menikmati Minggu pagi di Simpang Lima bersama 2 teman Semarang Lair saya, yaitu ada Mas Tamam dan Burhan. Tiap minggu adalah harinya bebas mobil bagi kota Semarang. Selalu diadakan rutin tiap hari Minggu di Simpang Lima dan sepanjang Jalan Pahlawan. Dalam bahasa kerennya itu disebut "Car Free Day", tapi saya menyebutnya CFD saja supaya lebih singkat padat dan tidak jelas, kalau ingin tahu kepanjangannya, ya tanya!

Karena dulu sempat CFD dengan teman saya Widi, saya sekarang tahu tempat parkir yang enak dan murah. Tempat parkirnya di pertigaan belakang Kantor Pos Indonesia, dekat dengan warung-warung makanan seperti bubur ayam, sate, soto, dan cakwe. Bau makanan itu selalu menggoda saya untuk membelinya, namun saya harus tahan karena saya hanya memiliki seribu duaribu di dompet saya, berusaha agar uangnya cukup untuk membayar parkir dan bertahan untuk pulang ke rumah nantinya. Ibu yang menjaga parkirnya baik sekali, tapi dia tidak bisa membenahi barisan parkiran, saya maklumi saja agar lebih enak kalau parkir di situ.

Dari parkiran itu saya mendapat sms bahwa Burhan sedang makan soto dengan Mas Tamam di depan Masjid Baiturahman. Setelah saya mendapat sms itu saya langsung berjalan untuk menemui mereka. Saya berjalan melewati parkiran liar di belakang gedung ACE Hardware. Kondisi tempat itu menjadi sangat sempit karena ada yang berjualan bubur ayam atau semacamnya di pinggir jalan yang berdekatan dengan parkir liar tersebut. Lalu saya berjalan mengitari setengah  lingkaran Simpang Lima yang sangat luas itu. Pemandangan di kanan kiri sangatlah ramai seperti biasanya. Ada yang jogging, jalan-jalan, duduk-duduk, roller blade-an, ada tukang cilok, tukang minuman, dan ada juga yang sedang bermain sepeda. Akhirnya ketemu juga dengan Burhan dan Mas Tamam yang sedang enak memakan soto di tempat itu.

Walaupun kami dari Semarang Lair, kami tidak melulu tentang cari wanita saja. Karena banyak latar belakang orang-orang di Semarang Lair beda-beda, kita pun kadang saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman dan passion kita itu. Salah satunya Mas Tamam, beliau adalah seorang yang menyukai fotografi, kalau tidak salah pekerjaannya juga berkaitan dengan hobinya itu. Ketika sudah makan soto, kita akhirnya berjalan-jalan menikmati pemandangan pagi itu. Dalam perjalanan beliau mengajari saya tentang fotografi dari komposisi, tekstrur, rasio, dan sebagainya. Ya karena ada Burhan juga pembicaraan kita juga pastinya menyenggol dengan bahasan wanita atau tips-tips percintaan yang baik dan benar.

Selama asyik mengobrol dalam perjalanan mau menuju Jl. Pahlawan, kita berhenti karena sesuatu. Saat itu ada sekelompok bule yang sedang memegang baner panjang tertulis selamatkan tanaman bakau. Lalu saya menemukan wajah yang tidak asing bagi saya. Saya sepertinya pernah bertemu dengan bule ini, waktu itu pernah bertemu di Pizza Hut waktu acara ulang tahunnya temannya Widi. Langsung saja saya sapa ke dia "Lizane?", dia bilang "No, I am....", waktu itu saya lupa namanya dia. Dari kenalan itu saya mencoba mengenali semua bule-bule yang ada di sebelahnya. Awalnya saya berpikir hanya orang eropa saja yang ikut proyek tanam bakau ini, ternyata TIDAK!

Tiba-tiba sesuatu yang membuat senang kegirangan dalam hati muncul. Ada seorang gadis berkulit putih yang sangat lucu, manis, dan cantik. Dia mengenakan topi bundar berwarna biru, baju merah, celana panjang hitam, dan memakai pelindung lengan yang lucu seperti panda. Matanya terlihat seperti hitam semua karena sipit, rambutnya dikuncir, dan giginya gingsul lucu sekali.

Saya langsung menyapa dengan "Where do you come from?", dia membalas "I am from Japan!". Dalam hati, gila beneran nih orang Jepang, ngapain dia ke sini, mimpi apa ya saya kemarin. Seketika saya ingin mengenalnya lebih jauh. Kemudian terjadilah percakapan antara kami berdua.

Saya : "Wow, from Japan?! What is your name?"

Rina : "My name is Rina"

Saya : "Oh like an Indonesian name, my name is Ricky Raharjo"

Rina : "Ri-ki ra-ha-??"

Saya : "Ri-ki ra-ha-ra-ju", saya bilang saja begitu, saya lupa kalau orang Jepang bisa bilang Jo.

Saya : "And how about you?", saya menengok di sampingnya Rina ada temannya yang Jepang juga.

Kaori : "I am Kaori, nice to meet you"

Saya : "Nice to meet you too"

Saya : "What are you doing with that things?"

Rina : "Oh there is a project to plant mangrove"

Saya : "Oh I see, by the way how old are you, age, you know?", kata teman sih tidak boleh menanyakan umur dengan orang yang baru kenal.

Rina : "Umur saya dua puluh satu, twenty one!", tidak menyangka dia membalasnya dengan riang malahan.

Saya : "Oh hoho, you can speak Indonesian too?"

Rina : "Just a little, hehe, and you?"

Saya : "I am uh.., twenty two! Dua puluh dua!", pinginnya sih bisa balas bahasa Jepang tapi karena saya masih dalam kondisi lagi seneng kadang lupa.

Rina : "Are you study on college?"

Saya : "Yes, but I just graduated last year, is an accountant"

Rina : "That's good"

Saya : "Anyway do you know about movie "Trainman Densha-Otoko"?"

Rina : "Hm.. I don't really remember, sorry...."

Saya : "That my inspirational movie, that make me transform to better people"

Rina : "Sokka (Oh begitu)", lucu sekali mukanya waktu bilang itu.

Saya : "Do you know 2chan?"

Rina : "What two.. chan??"

Kaori : "Hey, I know that", lalu Kaori memberitahukan itu kepada Rina dengan bahasa Jepang.

Saya : "That's a website is used by a Trainman to have encouragement from anonymous in Akihabara, I really want to make website like that in Indonesia but I think it's very difficult"

Rina : "Ohh..., that's great, hey Ricky do you ever been to Japan?"

Saya : "No, but I really want to go there!"

Rina : "I hope you can be there, hihi", hanya sedikit kata namun banyak arti bagi saya, di saat itu semua yang ada di sekitar saya dan Rina menjadi sangat lamban atau slow motion. Dalam hati saya berpikir sepertinya saya jatuh cinta lagi. Perasaan yang seperti ini muncul kembali.

Saya : "Of course!", dengan semangat saya menjawab itu.

Anak-anak : "Koniciwa, koniciwa, arigatou, arigatou!", tiba-tiba ada anak kecil yang sedang bermain roller blade mendekati kami dan berkata jepang-jepang gitu.

Rina : "Are these little children can speak Japanese?"

Saya : "Uh, I don't think.., isn't that sugoi?"

Rina : "No, not sugoi", sepertinya saya salah ngomong.

Saya : "So, where do you live in Japan?"

Rina : "Do you know Kyoto?"

Saya : "I ever heard that"

Rina : "That's where I lived, is very good in there"

Saya : "Yes, I really like Japan especially the movies, do you know Summer Time Machine Blues?"

Rina : "Sa-mu-ro Tai-mu Ma-sinu Bu-Rus?, I don't know"

Saya : "Heavenly Forest?"

Rina : "He-e-ve-niru-fo-res-to?, hmm I don't know", saya lupa karena dia orang Jepang kalau versi Jepangnya itu judulnya "Tada, Kimi wo Aishiteru" yang artinya "I love You, Only".

Saya : "How about Solanin"

Rina : "Aahhh! I know Solanin", akhirnya ada yang tahu juga.
  
Saya : "Phew, finally, It's very great movie of life, do you think so?"

Rina : "Yes, very good, do you know the star"

Saya : "Oh I forgot, but she playing at Heavenly Forest too..."

Rina : "Sokka (Oh begitu)", Ya Allah gemesin banget mukanya waktu bilang itu lagi.

Saya : "Hey do you want to go with me?", saya tiba-tiba saja bilang begitu dengan alasan yang tidak jelas namun saya merasa ingin bilang itu sekali, seperti ada dorongan khusus.

Rina : "Hm..., I think...", belum selesai bicara tiba-tiba ada suara masuk.

Orang IIWC : "No, you can't take Rina go with you, because she have full schedule on this week!", dengan irama tidak terima atau semacamnya.

Rina : "Yeah, right...", tapi matanya masih terpaku dengan mata saya, kita tidak terlalu mempedulikan kata-kata orang IIWC itu.

Saya : "Can I add your FB?"

Rina : "Just write Rina Asakura", terdengar seperti itu.

Saya : "Oh wow, there is so much result of Rina Asakura, which one are you?", sambil memperilhatkan HP.

Rina : "Yeah that's the above"

Kami tidak sadar bahwa orang-orang IIWC-nya sudah bergerak menuju Jl.Pahlawan melanjutkan aksi kampanye tanam bakaunya. Akibat saya ngobrol dengan Rina agak terlalu lama, sekarang dia berada pada posisi paling belakang dan hampir ditinggalkan oleh grupnya. Saya mencoba berfoto dengan Rina sebelum kembali ke grupnya itu.

Saya : "Hey, look at this phone, say cheese"

Rina : "Cheese!"

Saya : "Wow, is only your face, haha"

Rina : "What, haha"



Saya : "Misi mas, boleh minta fotoin kita?", saya minta tolong kepada orang IIWC yang memotong pembicaraan tadi.

Saya dan Rina : "Peaaceee", saya agak ragu memegang dia, saya hanya memegang tasnya waktu itu.


Dari situ saya sudah berhenti berdiri, sambil melihat Rina pelan-pelan tenggelam dalam keramaian Car Free Day. Dalam hati berkata saya ingin bertemu dengannya lagi. Lagian juga saya sudah mendapat alamat Facebook-nya waktu itu. Dengan bermodalkan informasi IIWC dan Facebook-nya Rina mungkin saya bisa bertemu lagi!

- To be continued -

Kamis, 21 Maret 2013

Diskusi Film "Jakarta Hati"

Sambil mengembangkan bisnis, hari itu saya sedang bermain dengan komunitas film USM Canopus. Selain bersenang-senang saya juga ingin lebih dekat dengan mereka.

Pagi itu, saya sedang bersih-bersih rumah. Dari menyapu lantai, merapikan kabel komputer, sampai membenahi sprei yang berantakan saya kerjakan sendiri. Hal yang terkecil pun saya bersihkan, monitor, menata peralatan seperti kunci, dompet, buku, dan pulpen.