""'>

Kamis, 21 Maret 2013

Diskusi Film "Jakarta Hati"

Sambil mengembangkan bisnis, hari itu saya sedang bermain dengan komunitas film USM Canopus. Selain bersenang-senang saya juga ingin lebih dekat dengan mereka.

Pagi itu, saya sedang bersih-bersih rumah. Dari menyapu lantai, merapikan kabel komputer, sampai membenahi sprei yang berantakan saya kerjakan sendiri. Hal yang terkecil pun saya bersihkan, monitor, menata peralatan seperti kunci, dompet, buku, dan pulpen.



Saat membuka dompet, saya teringat saya ada janji mengikuti diskusi film dengan teman-teman Canopus. Di dompet saya yang sudah usang, saya mendapati tiket seminar diskusi film "JAKARTA HATI", tapi tanggal dan tempat selenggaranya tidak tertulis di situ. Langsung saja saya telpon Yoppy, dia adalah sahabat merangkap sutradara di Canopus. Setelah ditelpon, saya kaget ternyata hari ini! Dia menyuruh saya untuk mengecek website untuk detail acaranya. Setelah dicek, saya mendapatkan info bahwa acaranya akan dimulai pukul 12.15! Saya melihat jam yang bergerak menunjukkan pukul 10.45! Saya langsung saja jemput Yoppy dari rumahnya, untuk langsung kumpul di USM!

Sesampai di rumah Yoppy saya bergegas menuju USM. Oh tidak! Sialnya saya ketinggalan tiket saya di rumah, saya langsung banting setir ke arah Sidoluhur, yaitu rumah saya. Dengan keadaan belum makan siang saya langsung pergi menuju ke tempat kumpulnya anak-anak, yaitu di kampus USM. Pukul 11.45 sudah sampai di sana, namun teman-teman belum percaya bahwa acaranya akan mulai sebentar lagi! Dadink sedang melakukan bimbingan, tapi yang lainnya sudah siap untuk berangkat. Dadink menyuruh kami untuk pergi duluan, nanti dia menyusul.

Akhirnya saya, Yoppy, Arya, dan Giwang berangkat menuju ke seminar diskusi film "JAKARTA HATI" tanpa Dadink. Setelah sampai di sana, kami tidak tahu persis di mana letak tempat yang dimaksud. Sebelum tanya-tanya saya dan Yoppy menunggu teman-teman yang belum datang di parkiran Fakultas FISIP UNDIP. Suasana sangat sepi karena sedang jamnya kuliah, jadi kami agak kesusahan untuk meminta pertolongan. Kami langsung saja mengeksplore kampus tersebut dari lantai 2, lantai 3, balik lagi lantai 2. Ketika sudah sampai lantai 2, ada kumpulan mahasiswa yang baru selesai kuliah. Kami pun menanyakan di mana letak terselenggaranya diskusi film. "Oh di sana mbak, turun saja ke lantai 2, nanti langsung lewat ke toilet yang belum jadi" waktu itu yang tanya Fatma, salah satu penulis cerita di Canopus.

Selama menuju ke tempat diskusi film, kami disuguhkan pemandangan arsitektur yang bagus dan megah. Ada jembatan di antara 2 gedung B dan C. Kemudian dari jembatan itu, kami melewati toilet yang belum jadi. Di situ ada sosok mas-mas yang masih tidur tergeletak di lantai. Mungkin dia sedang kelelahan karena bekerja memperbaiki toilet. Kami mencoba tidak membangunkannya dengan berjalan pelan-pelan tanpa bercakap-cakap. Setelah sudah lewat agak jauh dan lumayan tidak membuat berisik lagi. Kita langsung jadi kayak keluarga yang lagi piknik kehilangan anaknya. "Mana ni si Yoppy!?" tanya Arya ke saya. "Sebentar aku telpon dulu" balas saya. Saya tidak terlalu dengar kata-kata Yoppy, saya bilang saja langsung "Gedung A, lantai 3!".

Ketika sedang menunggu Yoppy, panitia yang membawa kamera meminta kami untuk berfoto "gokil". Tujuan foto gokil ini, nantinya akan dinilai dan akan diberikan hadiah jika foto kita bagus dari yang lain. Yoppy belum datang makanya kami urungkan dulu untuk fotonya. Ketika saya frustasi memikirkan Yoppy di mana, saya mencari angin dulu karena suasananya sangat sumpek dan panas. Saya mencari angin di dekat tangga. Sangat menyegarkan merasakan angin masuk ke dalam sela-sela baju saya.

Akhirnya yang ditunggu datang juga. Kami langsung meminta Yoppy untuk foto "gokil" bersama. Ya kita membuat pose, dengan membuat semuanya melihat ke Abas, salah satu pemegang sound di Canopus. Udah dari situ, kami registrasi ulang, lalu mendapatkan paket majalah Trax dan selembar kertas angket dari BlueBird. Yoppy masih menunggu mas Bayu, salah satu dosen komunikasi di UNDIP yang menyukai film.

Kami memasuki ke dalam auditorium itu tanpa Yoppy. Suasananya gelap, hanya cahaya dari proyektor yang sedang memainkan film "JAKARTA HATI", dan hawanya dingin sekali di situ. Kita memang terlambat, namun untungnya filmnya itu dibuat secara omnibus. Maksud dari omnibus yang saya tahu adalah kumpulan cerita yang dibuat 1 tema sesuai judul yang ditentukan dalam kasus ini adalah film. Jadi saya masih bisa menonton 4 cerita film yang tersisa. Saya lupa judul-judulnya, tapi ada salah 1 film yang mengena di hati. Judulnya adalah "Hadiah", menurut saya ini adalah film yang sangat bagus dan filosofi sekali. Film ini dibintangi oleh Dwi Sasono.

Awal dari film ini saja saya mencoba menebak-nebak dari ruangan sempit yang berantakan dan poster Pulp Fiction yang terpajang di dinding. Waktu aktornya mulai berbicara, ternyata benar dia adalah seorang script witter film, penulis cerita yang saya tahu. Ceritanya sangat bagus, kesinambungan simbol-simbol perilaku anak dan bapak yang sangat menarik.

Ketika anaknya memilih hadiah, bapaknya bilang kepada anaknya "Kalau kamu suka sama sandal ini, emang teman kamu suka juga?", Anaknya membalas "Ga tahu?", Bapaknya bilang dengan agak sedikit kesal "Yang kamu suka belum tentu teman kamu suka?", itu adalah penunjukkan simbol bahwa dia adalah penulis cerita film yang sangat teliti akan karyanya apakah baik untuk orang lain atau tidak? Itu yang membuat film ini sangat briliant, saya suka sekali.

Di waktu saya nonton."JAKARTA HATI", saya merasakan dingin yang sangat dingin, masuk ke dalam tulang rusuk saya, sepertinya yang mengeset settingan AC nya adalah pinguin. Selain dingin, saya juga belum makan dari siang. Waktu sudah mulai maghrib, saya pun dan teman-teman meninggalkan Fakultas FISIP UNDIP dengan membawa pelajaran yang sangat berarti dari sebuah film "JAKARTA HATI". Saya agak kecewa karena tidak sempat berfoto dengan Pak Salman Aristo yang membuat film itu.

Selama dalam perjalanan kita berencana mencari makan malam dulu, kebetulan saya sangat lapar sekali, belum makan siang juga soalnya. Kita mendatangi salah satu warung yang berada dekat dengan sekolah yang berada di SMP 9 kalau tidak SMA 2 Semarang. Warungnya sangat sempit sekali, namun jangan salah warungnya menyajikan hidangan sangat enak, dan komplit macam-macam lauknya, makanya itu banyak yang datang di situ karena selain enak, harganya juga murah.

Di situ, ada missunderstanding terjadi ketika Arya dan saya memesan nasi goreng. Awalnya saya sudah memesan nasi goreng babat yang tidak pedas, kemudian Arya tanya kepada saya "Jo, kamu mau makan apa?", Saya balas "Aku udah nasi goreng babat tadi, dan tidak pedas", Arya bilang ke Ibunya "Bu Nasi gorengnya jadinya 2 sedengan semua". Setelah lama menunggu, akhirnya hidangan yang ditunggu datang juga. Dan benar, kesalahpahaman pun terjadi. Ibu penjualnya memberikan lebih 1 hidangan nasi goreng. Awkward moment selama beberapa detik pun terjadi. Untungnya Arya bisa memecahkan moment tersebut dengan bilang "Yaudah gapapa Bu, dihidangkan aja".

Setelah makan malam, kami sholat maghrib bersama, kemudian pulang dengan cuaca yang agak gerimis. Besok-besok saya harus bisa menjaga diri lagi terlebih dalam kesehatan dan kebersihan. Hari itu saya mandi malam lagi, kadang tidak enak jika mandi malam-malam. Semoga film tadi bisa menginspirasi saya ke depan yang mungkin diperlukan. (^^)

Related Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar