""'>

Minggu, 31 Maret 2013

Finding Rina! - The Conclusion -

Awalnya saya antara malas dan tidak untuk menghampirinya, namun harus! Jadilah apa artinya perasaan itu? Bisa diartikan saya sedang bimbang atau bahasa kerennya GALAU! Ada perasaan grogi yang luar biasa sekali terjadi pada saya, padahal jarak masih jauh sekali. Saya memikirkan apa ya yang akan saya bilang nanti ya? Nanti kalau tidak suka bagaimana ya? Terus reaksi para IIWC ntar gimana ya? Apa saya tidak sopan tiba-tiba masuk dalam komunitas itu? Pikiran-pikiran itu terus bermunculan di kepala saya. Dengan masih memikirkan hal itu, motor tetap dengan kecepatan normal menuju tempat campsite tersebut. Seperti ada kekuatan cinta yang menggerakkan saya.

Merasa tersesat saya melihat print-print-an yang saya siapkan dari rumah. Menurut peta tersebut saya sudah melewati batas Desa Jatijajar namun belum ketemu juga mana tempat untuk masuk desanya. Kebingungan saya pun beristirahat dulu di Indomaret yang berada dekat dengan jalan raya. Saya membeli satu botol minuman segar untuk menghilangkan rasa haus saya. Kebetulan waktu itu ada gadis yang sedang menjaga toko aksesoris wanita yang sedang menganggur. Langsung saja tanyakan tentang Desa Jatijajar itu, waktu itu saya tidak menanyakan secara lengkap dia hanya bilang nanti kalau ada gapura masuk saja.  Ya sudah saya coba ke sana namun sesampainya di sana tidak ada tulisan Desa Jatijajar tersebut. Waktu itu saya berhenti sejenak dan memastikan lagi dengan peta buatan saya itu. Banyak pejalan kaki yang melewati saya dari berbagai arah. Saya pun mencoba bertanya dengan Bapak-bapak yang sedang lewat itu. Dia bilang bahwa tempatnya itu berada di depan Pabrik Coca-cola. Saya berpikir bukannya tadi depan Coca-cola itu tempat gadis yang berjualan aksesoris tersebut?

Kemudian saya menanyakan lagi tentang keberadaan tempat tersebut kepada gadis yang berjualan aksesoris itu. Sekarang dia menunjukkan arah yang tepat, saya tinggal mengikuti perintahnya saja. Saya pun mencoba berjalan pelan-pelan berlawanan arah, karena gapuranya ada di kanan jalan belokan pertama dari tempat gadis tadi. Dengan reding menyala ke kanan dan rasa hati-hati saya menelusuri jalan tersebut. Banyak bus dan angkot yang kadang-kadang berhenti di depan saya. Gapura yang dimaksud gadis tadi sudah kelihatan. Akhirnya saya bisa menemukan yang namanya Desa Jatijajar itu. Senang sekali seperti salah satu QUEST saya, sudah CLEARED. Tapi saya tidak bisa senang begitu saja karena misi yang lain masih menunggu.

Misi yang lain adalah bagaimana saya bisa menemukan Rina atau para member IIWC di tempat yang sangat luas ini. Saya dan motor Tiger saya pun memulai mencari tanpa bertanya-tanya dulu. Saya mencoba menghafalkan belokan-belokan yang ada di sepanjang jalan Desa itu. Untuk mempermudah saya mengambil ke arah kanan terus dan lurus agar mudah kembali ke gapuranya lagi. Tempatnya sangat sempit dan agak ramai penduduk. Setelah mentok dan tidak tahu harus ke mana lagi, saya bertanya pada penduduk setempat, apakah pernah melihat IIWC atau semacamnya dengan memperlihatkan foto.

Hari sudah mulai memasuki malam. Maghrib pun berkumandang, saya pun mencoba kembali ke depan gapura lagi. Ada Masjid yang sudah saya lewati di dekat gapura dan di situlah saya akan sholat maghrib. Ketika sholat saya berdoa kepada Allah SWT, tidak lupa sholawat yang diajarkan oleh Ustad Yusuf Mansyur. Setelah saya sholat saya melihat sekumpulan anak muda yang sepertinya sedang mencari sesuatu dengan tas ranselnya yang besar. Saya berpikir mungkin saja mereka adalah member IIWC. Saya pun mencoba bertanya darimana kah mereka? Ternyata mereka sedang mencari kos-kosan, dan tentu saja bukan IIWC.

Saya duduk di kursi bata yang ada di depan masjid sambil melihat foto Rina. Saya pun browsing facebooknya IIWC di hp Blackberry saya untuk mengetahui pasti kegiatan yang berlangsung saat itu. Sewaktu saya melihat-lihat foto IIWC, saya terpikirkan untuk memperlihatkannya kepada warga sekitar. Kebetulan waktu itu ada bapak-bapak yang duduk di dekat saya. Dengan nada perlahan saya bertanya kepada beliau dengan memperlihatkan foto IIWC itu. Setelah bertanya bapak ini menanyakan lagi ke bapak-bapak yang lainnya. Beliau tahu tapi tidak tahu lokasinya, dia menyuruh saya untuk pergi di toko pojokkan itu yang ada di pertigaan jalan.

Berbekal informasi yang saya dapat saya pun mendatangi toko kelontong itu. Saya melihat penjualnya sedang sibuk melayani pembeli. Pembeli terus berdatangan dan saya jadi kesusahan untuk menanyakan tentang keberadaan campsite IIWC. Sekitar 20 menit, pembeli masih berdatangan juga namun sekarang lumayan sepi. Waktu pembelinya hanya satu, saya langsung saja dekatin si penjualnya. Setelah pembelinya yang itu sudah beli, saya pun bertanya tentang keberadaan lokasinya. Beliau memberitahu patokan dan arah menuju ke sananya, namun beliau bilang bahwa rumah yang dituju itu hanya persinggahan sebentar bagi para member IIWC. Penjual itu sepertinya sedang sibuk, saya jadi tidak enak jika memintanya untuk mengantar dan menunjukkan lokasinya.

Saya merasa putus asa waktu itu karena situasi dan kondisi saat itu. Saya pun meratapi nasib saya di dudukan motor Tiger, sambil terus membaca sholawat berharap diberi kemudahan oleh-Nya. Ketika saya sedang sholawat, ada laki-laki sudah kebapakan menghampiri saya. Awalnya saya takut, kemudian dia tanya, "Mas lagi cari IIWC ya?". Saya balas saja "Iya, tahu lokasinya di mana mas?". Dia menjawab dengan murah senyum, "Wah saya tidak tahu mas, tapi mungkin mas bisa saya bantu ke tempat yang biasanya mereka kunjungi?". "Wah, beneran mas, boleh mas?", jawab saya dengan terkejut. "Boleh, mending mas ikutin saya saja dari belakang ya", dalam hati baik banget ya bapak ini. Kemudian beliau langsung men-start mesin motornya lalu berangkat, dan saya pastinya mengikutinya dari belakang.

Sekitar 2-3 menit tibalah kami di suatu rumah yang di mana terasnya ada undak-undakkannya, jadi rumahnya harus dicapai dengan mendaki maksudku melewati pijakan ke atas itu. Saya agak canggung karena bapak yang tadi terlalu baik, soalnya waktu itu dia langsung mengetuk itu pintu dan memanggilkan pemilik rumah tersebut. Ada 2 sosok bapak-bapak dan ibu-ibu muncul dari rumah itu dan menanyakan kepada saya, "Ada keperluan apa anda datang ke sini?". Bapak yang baik yang saya kenal waktu awal menjelaskan bahwa dia ingin bertemu dengan member IIWC dari Jepang. Saya pun tanpa ragu menanyakan keberadaan Rina, "Jadi kamu mau bertemu dengan gadis yang di foto ini?". Saya pun menjawab "Iya Pak!", bapak yang baik hati tadi nyeletuk "Mau dipek bojo ya mas, hehe?", yang artinya mau diambil istri ya mas. Ya saya hanya senyum dan iya-iya saja deh hehe (^^).

Kemudian bapak dan ibu itu meminta saya untuk menunggunya di dalam, karena nanti yang menunjukkan jalannya adalah anaknya yang sekarang belum pulang kerja. Ibu itu menghidangkan teh untuk saya, dan bapak itu mempersilakan untuk meminumnya, baik sekali memang warga di situ. Saya di situ banyak tahu tentang IIWC yang sudah pernah singgah di rumah ini. Tidak lupa saya menanyakan tentang Rina, dan mereka sepertinya pernah melihat. "Ini ndak Yuka?", tanya bapak itu, saya balas saja "Bukan". "Oh, mirip Yuka ya..", kemudian beliau memperlihatkan foto kenangan bersama IIWC yang di situnya ada Yuka. Memang agak mirip sih, salah satunya warna kulitnya sama, yaitu putih. Mereka cerita tentang cara mereka bertahan karena lapar, berbahasa, dan pokoknya semua hal tentang adaptasi.

Setelah berbincang agak lama, anaknya yang baru pulang kerja datang ke rumah. Dengan masih memakai jaket dia langsung mengajak saya ke tempat IIWC. Sebelumnya dia sudah biasa mengantar orang yang mau ke tempat IIWC. Makanya jika ada orang yang mau bertemu karena urusan sesuatu, dia pasti akan membantu.

Tempat yang kita tuju adalah Tegalrejo. Tegalrejo adalah salah satu tempat prostitusi yang berada jauh dari pusat kota Semarang dan tempatnya tidak jauh dari Desa Jatijajar. Dan disitulah, saya akan bertemu dengan member IIWC yang dari Jepang. Awal masuk saya agak canggung apakah harus bayar atau tidak, namun untungnya mas yang ngantar saya sudah kenal dengan yang jaga, jadi saya bisa memasukinya dengan gratis dan aman.

Saya melihat tidak terlalu banyak pemandangan erotic, hanya melihat 1-2 pekerja sex komersial dan suara-suara karaoke yang keras, saya berpikir mungkin mereka bersenang-senangnya di dalam rumah. Masnya yang mengantar saya masuk ke gang sempit, dan tidak jauh dari situ dia berhenti. Kemudian dia bilang kepada saya, "Kita sudah sampai Mas, Mas udah dikunci motornya?". "Sudah Mas", jawab saya. "Tunggu di sini sebentar", tegas Masnya. Lalu dia langsung pergi ke tempat paling pojok rumah yang berada di jalan buntu itu. Terlihat Masnya sedang berkomunikasi dengan orang yang di dalam rumah itu. Tidak lama dari itu saya disuruh ke sana, dan masnya pamit pulang ke saya, tidak lupa saya berterima kasih dengan masnya.

Saya jalan pelan-pelan menuju rumah itu. Ada laki-laki bertato seperti preman yang sedang duduk di kursi sofa depan rumah-rumah di jalan yang sempit itu. Saya agak takut untuk melangkah, tapi setelah saya bilang permisi, reaksi laki-laki bertato itu ramah sekali, dia mempersilakan lewat dengan keterbukaan hati dan senyuman. Sekitar 2 meter dari rumah yang dimaksud, saya mendengar suara orang-orang Jepang bergumam seperi "Nani?", "Dare?", dengan nada sedikit bingung.

Tibalah saya di rumah itu disambut oleh Mbak Dita atau Gita saya lupa. Dia adalah ketua IIWC dalam proyek tersebut. Badannya gemuk, pakai kaca mata, rambut keriting, pipi cubi, dan pastinya memakai seragam IIWC yang merah itu. Keadaan ramai sekali dalam rumah sempit. Di dalamnya itu saya melihat orang-orang Jepang sedang bersenda gurau dengan bahasa Jepangnya. Tapi ada yang aneh. Saya mencoba menanyakan langsung kepada mbaknya dengan memperlihatkan foto yang ada di HP saya, apakah pernah melihat Rina. Setelah dia melihat, dia menjawab, "Aku kurang tahu mas, ini mungkin proyek yang satunya yang di mangkang". Terus karena saya mengenal Taufik tapi belum bertemu dengannya, saya mencoba ingin bertemu dengannya dengan tanya kepada mbaknya itu.

Akhirnya dipanggilkanlah Mas Taufik. Dia agak bingung dengan saya, karena baru ketemu tiba-tiba ketemunya di tempat Camp. Dia agak canggung, kaget, dan agak tidak percaya. "Kamu bisa ke sini gimana ceritanya?", tanya Mas Taufik. "Oh tadi dibantu orang dari Desa Jatijijar Mas. Ngomong-ngomong tahu Rina ga Mas?", tanya saya dengan memperlihatkan foto Rina di HP saya. "Oh ini, dulu pernah ketemu sih, udah lama, kayaknya udah pulang deh Mas", jawab Mas Taufik. "Iya sepertinya juga begitu Mas, coba saya panggilkan ketua yang dari Jepang dulu, Kayoooooo!", tegas Mbak Gita.

Kemudian saya dihadapkan dengan wanita yang energik dari negara Jepang namanya Kayo. Dia mempunyai rambut yang pendek, dan sepertinya dia suka senyum riang. Terus saya tanya dengan bahasa Inggris, "Do you ever meet Rina?". "Hmmm, Rina...?", diperhatikan foto itu dengan seksama oleh Kayo. "I think you ever meet Rina, when the first time she come in Indonesia", tanya Mas Taufik kepada Kayo. "I am sorry, I think I couldn't help", jawab Kayo. Tiba-tiba ada orang Jepang yang mau masuk bertemu dengan saya, gadis Jepang yang rambutnya pendek dan disemir emas. "Hai! My name is Ayaka! Nice to meet you!", dengan semangat dia menyapa. "I am Ricky, nice too meet you too! Do you have Indonesian name?", tanya saya agak bercanda. "Indonesian name, I don't hehe, should I?", tanya dia kebingungan. "Yeah of course! Hehe", jawab saya agak gaje.

Waktu itu saya ingin dihibur namun melihat masih pada sibuk saya pun pamit pulang kepada mereka. "Terimakasih mas, mbak, Kayo, sampai jumpa lagi, ja mata ashita!", Kayo membalas "Ja!". Saya pun pulang mengendarai Tiger saya, dengan diiringi cuaca hujan menambah kegalauan saya. Dalam perjalanan saya agak kecewa, sedih karena tidak ketemu juga dan sempat meneteskan air mata. Nasib barang kenang-kenanganku untuk Rina masih ada dalam tas.


 - Barang kenangan kondisi saat ini -

Setelah 2 atau 3 bulan terlewati, saya melihat video dari IIWC. Di video itu ada Rina! Saya pun langsung mencari info tentang itu, saya mencoba mencari-cari dan ternyata.... Ternyata Rina sudah memiliki pacar di Facebooknya, dan nama Facebooknya Rina Sakakura bukan Rina Asakura. Terjawab sudah semua kegalauan ini. Saya sedih, sesedihnya, karena dia, saya bisa melupakan mantan gebetan saya. Saya pun bisa tidak ingat ternyata waktu saya bertemu Rina, itu bertepatan dengan ulang tahunnya mantan gebetan saya. Karena Rina saya bisa move-on seperti itu. Saya add pun sampai sekarang ini belum diapprove juga oleh Rina. Mungkin saya salah mengartikan itu semua, perasaan saya itu hanya "SEPIHAK".

- End -

Related Post

14 komentar:

  1. Puk-puk... Semangat ya... :')

    BalasHapus
  2. yang sabar ya bang, masih banyak ikan di lautan kok #tsaah :)

    BalasHapus
  3. Mungkin ini adalah yang terbaik. Sabar ya. Banyak ilmu dan hikmah yang bisa dipetik dari semua itu kan? Dapat teman baru, tahu daerah baru, dan semoga...pasangan baru untuk masa depan. Aamiiin:)

    BalasHapus
  4. Hm... Belum jodoh mungkin :) sabar yaaa...
    trenyuh baca perjuangannya..

    BalasHapus
  5. maaf baru sempat BW.. namanya belum jodoh yah meskipun udah jauh2 datang ternyata yang ingin ditemui tak ada.. sabar yooo

    BalasHapus
  6. rikiiiii kemaren gue udah nulis panjaaaang banget dari hape, eh gataunya kejebak capca -_-

    BalasHapus