""'>

Minggu, 16 Desember 2012

Gila by Mas Diko

Untuk membuat pertemuan yang megah itu memang butuh persiapan yang matang. Saya menganggap pertemuan dengan orang yang sukses di bidangnya adalah sesuatu yang sangat istimewa bagi saya, namun keistimewaan tersebut ingin saya bagikan dengan cara mengajak teman-teman yang sudah menjadi teman sepermainan saya, sebut saja Kang Saef, Putri, dan Septi. Kang Saef karena dia adalah teman yang paling dekat dengan saya maka jika mau apa-apa dia siap untuk jalan bareng atau main bareng, makanya ketika mau diajak dia langsung ok aja. Putri seperti biasa ada perasaan yang gampang-gampang susah mengajak dia.

Tidak aneh kalau yang namanya wanita selalu memutar pembicaraan, dan kadang kita sebagai pria jika tidak sabar menghadapinya maka kita akan dianggap lemah dihadapan wanita. Saya sebenarnya ragu namun karena saya berlaku sebagai pria sejati saya pun ok-ok saja menanggapi menjemput langsung di rumahnya Putri, namun ketika Kang Saef datang, dia sms ketemuan saja. Setelah sampai tempat yang dimaksud untuk bertemu, Putri beralih lagi pemikirannya jemput ke rumahnya langsung saja, dan akhirnya kita berangkat. Septi, dia memiliki janji sendiri dengan teman kuliahnya dan kosnya untuk menghadiri Pandanaran Art Festival 2012 yang diadakan di jalan Pemuda Semarang, di mana itu dekat dengan pertemuan yang akan kita adakan, yaitu di Paragon.

Sesampainya di kafe Robuchon Paragon, saya langsung mengenalkan teman SD saya yaitu Putri kepada teman-teman saya. Saya kira sudah terlambat mengikuti seminar kecil-kecilan itu, ternyata Mas Diko nya juga baru sampai dan sedang asyik melahap makanan yang dipesannya. Pada acara itu ada Pras, Aldi, Chris, Mada, Denis, Tia, dan teman baru bernama Riza, tidak lupa dengan bintang tamu kita Mas Diko, sang pengusaha sukses di bidang IT dengan sebutan Dokter Laptop nya.

Kita dibuat melongo lagi seperti pertemuan kemarin karena obrolan yang berisi tentang kehidupan, mindset, wirausaha, dan sebagainya. Riza yang baru tahu pun sampai meneteskan air liurnya dari kejauhan saya lihat, saya berpikir apakah dia benar-benar menangkap apa yang sedang dibicarakannya ya. Hampir sekitar 2 jam kita mendengar ceramah dari Mas Diko, tapi beliau tidak segan-segan memberikan ilmunya. Kita jadi banyak tahu tentang wirausaha itu seperti apa, dan salah satunya adalah mengetahui apa mindset cita-cita kita. Kadang Mas Diko juga suka dengan quote-quote dari Mario Teguh dan Dedi Corbuzer. Kemarin yang saya ingat itu adalah soal cita-cita. Jadi dulu di salah satu acara Hitam Putih, Dedi Corbuzer pernah mengatakan "Yang berbahaya bukan memiliki cita-cita tapi tidak tercapai, melainkan tidak memiliki cita-cita tapi tercapai".

Mas Diko pernah bertanya ke murid-murid didiknya apa cita-cita kalian, walaupun ada yang jawabannya nyeleneh atau ketinggian seperti Presiden malah dihargai Mas Diko, berbeda dengan tidak tahu mau jadi apa, karena hidup seperti tidak ada arah tujuannya dan belum benar-benar hidup menurutnya. Kita pun sempat tersindir dengan itu apalagi kita masih mengandalkan orang tua untuk kebutuhan lain-lainnya. Makanya saya berseru kepada teman twitter dan BB bahwa saya ingin menjadi Direktur paling bahagia dan hidup mewah. Ada yang reply tweet saya yaitu sahabat baik saya Yopi Ardiyono, sutradara dari komunitas film Canopus dengan tweet "Yes...You can !". Dengan begitu kita bisa tahu dan bisa lebih percaya diri untuk meniti masa depan, Mas Diko bilang pengusaha besar pasti melakukan banyak hal yang gila.

Setelah itu dilanjutkan dengan ngobrol-ngobrol santai, tukar pin, dan nomor hp. Seperti yang dikatakan Mas Diko, pengusaha itu sebaiknya mengakrabkan orang yang baru dikenal daripada hanya teman lewat atau penonton saja. Di situ akhrinya Putri sudah bisa membaur dengan social circle saya, saling mengenal satu sama lain. Berbicara tentang pria dan wanita itu seperti apa dengan teman-teman yang memang dulunya suka membaca artikel percintaannya dari Ronald Frank, memang sebagian besar teman saya itu adalah Semarang Lair. Putri pun tidak asing dengan Tia, ternyata Tia adalah teman 1 kampus Fakultas Sastra UNDIP juga. Saking Putri dekat dengan mereka, Putri bilang ke saya, bahwa dia mempunyai free pass 1 jam di Inul Vista, sebenarnya Putri ingin mengajak tapi melihat-lihat keadaan teman-teman dan waktu juga sih, karena saya juga sudah berjanji oleh Ibunya, untuk mengembalikan Putri ke rumah tidak telalu malam.

Waktu sudah malam kita pun mencari makan di luar Paragon, karena tahu sendiri di dalam mall itu mahal-mahal dan berkelas. Akhirnya kita makan nasi kucing dan saling mengobrol di depan luat Paragon persis. Setelah lumayan kenyang kita pergi ke Pandanaran Art Festival. Ketika kita sedang asyik-asyik menikmati budaya-budaya yang ada di Semarang, kita dipanggil oleh salah satu gadis dari 1 tenda yang ada di situ. Awalnya saya pangling siapa dia. Oh ternyata Septi dengan kacamata birunya, benar-benar beda mukanya jika memakai kacamata biru itu. Dikenalilah dengan teman kosnya Septi, tidak lupa saya memperkenalkan Putri yang dulu pernah juga bertemu namun belum sempat kenal. Saya pun melihat jam tangan, namun saya lupa jam saya mati, saya lihat saja hp di kantong kanan saya, wah ternyata HP China yang saya lihat dan jam nya tidak tepat, akhirnya saya ambil saja HP BB saya yang berada di kantong kiri saya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih 10 menit, kita pun langsung pamit ke Septi dan teman kosnya untuk mempercepat jalan-jalan di Pameran tersebut.


Ketika mau pulang kita bertemu dengan teman SD saya dengan Putri bernama Awan. Sekarang dia hampir sama tingginya dengan saya. Mungkin dia juga memakai trik saya dulu agar cepat tinggi. Dulu itu saya saking suka dan terobsesinya dengan anime Detektif Conan, saya berpikir saya ingin pendek, hingga saya memendek-mendekkan diri saya ke tembok dalam kamar yang sempit itu. Dengan keadaan yang lapar dan pusing, Putri saya antar pulang ke rumahnya. Perjalanan pulang melewati jembatan yang penuh dengan PSK, tempat-tempat angker, dan jalan yang sedang diperbaiki, akhirnya kita pun pulang dengan membawa banyak pengalaman hari ini. (^^)

Senin, 10 Desember 2012

Idaman

Sabtu malam yang biasa-biasa saja menjadi hal yang luar biasa ketika saya mendapat sms dari Kang Saef. Ia mengirimi saya pesan bahwa kita akan makan es rumpi bersama dengan artis korea bernama Eun Chan. Boleh dipanggil Eun Chan atau Septi. Awal pertama bertemu Septi itu adalah ketika saya ikut di acara Jepang di Sri Ratu bersama teman-teman sepermainan seperti Yopi, Ariski, dan Burhan. Acara Jepang tersebut sudah berlangsung lama, maka dari itu si Yopi ingin mencoba masuk ke dalam acara tersebut tanpa membayar. Event itu diadakan di lapangan parkir Sri Ratu, di mana di samping lokasinya terdapat celah untuk masuk ke dalam. Setelah sholat maghrib kita pun masuk layaknya teknisi event yang ada di situ, untung tidak ada yang tahu. Penyelundupan manusia ke dalam acara Jepang pun berhasil dengan sukses. Di situ kami bertemu dengan teman-teman USM Yopi seperti Fatma, Yuni, dan juga Septi.

Saya lebih kenal fatma di facebook dulunya, namun Septi mudah bergaul, saya langsung kaget dengan pertanyaan-pertanyaan bertubi-tubi ketika awal mengenalnya, ya itu malah jadi daya tarik untuk lebih akrab menurut saya. Selain itu juga saya bertemu dengan kawan lama saya bernama Evi. Dia kuliah sastra Jepang, bahasa Jepangnya jago sekali, saya saja cuma bisa bahasa Jepang yang saya ketahui dari film seperti kimochi, yamete, arigato, dan kata-kata singkat semacamnya. Evi dan teman-teman kampusnya membuka lapak jualan Nasi Kepal atau Onigiri dan minuman coklat Milo. Sudah larut malam dan masih ada yang tersisa, Evi memberi saya Onigiri dan segelas Milo. Onigirinya basi sekali hingga saya muntah tapi karena menjaga kesopanan, saya telan itu dihadapan Evi. Itulah sekelumit kisah saat berada di Event Jepang.

Sesuai janji, saya datang menjemput Septi di kosannya, yang terletak tidak jauh dari rumah saya yang berada di Tlogosari juga. Selama perjalanan kami ngobrol-ngobrol di Kendaraan Laki. Walau tanpa candle light atau steak kita ngobrol dengan seru seperti orang baru belajar naik motor dan berhasil mengendarainya. Agak susah juga ketika saya harus mengobrol sewaktu sedang mengendarai Tiger saya. Saya harus buka kaca helm sehingga mata saya kelilipan debu ringan terus, makanya saya selalu mengibas-ngibaskan kepala saya untuk menghilangkan debu-debu itu. Apalagi ketika saya berbicara saya menggelengkan kepala ke arah sebaliknya kepala Septi, sudah seperti India-indiaan waktu itu, ya benar seperi cilukba-cilukbaan.

Akhirnya sampai juga di Es Rumpi, Kang Saef sudah duduk di situ menunggu. Ia sampai dikira tukang parkir karena lamanya menunggu, bukan hanya itu Kang Saef malah ditawari melamar kerja sama tukang parkirnya. Di dalam kafe Es Rumpi kita duduk, tak lama duduk datanglah seorang pelayan yang pede dan keren abis. Pelayan itu tidak memiliki rupa yang menawan namun memiliki iner beauty yang menarik, sebentar dia adalah seorang Pria jadi mungkin iner handsome. Ketika kita bingung mau pilih apa, beliau mau menjelaskan apa saja yang ada di dalam menunya tersebut, mulai dari terbuat dari apa, mana yang lebih segar, atau mana yang sudah expired, lalu kenapa menghidangkan expired! Well, saya buat sendiri yang kalimat terakhir. Saya sangat senang sekali bisa berkumpul dengan tokoh-tokoh nyata dalam kehidupan saya yang saya tulis di blog. (^^)

Kita saling mengenal satu sama lain dari cerita latar belakang, pembuka, isi, hingga penutup. Septi suka memanggil Kang Saef dengan Asep. Entah kenapa saya jadi teringat dengan teman saya Ayu Septiana dulu, dia juga dipanggil Asep sama teman-temannya dan dia memiliki akun facebook bernama korea juga yaitu Eun Hye, ya seperti Septi dengan Eun Chan-nya. Eun Chan adalah karakter yang ada di Coffee Prince, drama korea. Namun saya tidak tahu persis ceritanya, mungkin yang saya ingat adalah Eun Chan menyamar sebagai laki-laki agar bisa mempraktekkan jurusan perkopiannya di Kafe Coffe Prince tersebut. Yah saling berhubungan, namanya juga saya orang Jawa suka menghubung-hubungkan, bahkan dulu saya sempat benar tentang tebakan golongan darah. Waktu itu Septi menyenderkan tangannya di bahu saya, rasanya nyaman sekali, kemudian saya teringat tentang buku yang saya baca dulu, golongan darah O cocok dengan darah B, dan itu benar ketika saya menebaknya. Ternyata orang tuanya juga memiliki golongan O dan B, atau yah hanya kebetulan saja mungkin. (^^)

Setelah makan Es Rumpi kami masuk ke dalam gedung DP Mall. Seketika malam sabtu menjadi malam minggu yang menyenangkan. Perasaan bahwa kita itu ada di dunia, diterima oleh makhluk yang ada di dunia ini, berinteraksi satu sama lain, saya beruntung saya terlahir di dunia ini sebagai saya bukan orang lain. Saya bersyukur mempunyai teman-teman seperti mereka. Tujuan kami di DP mall hanya mencari toilet yang bagus dari toilet yang ada di dekat Es Rumpi. Lalu dari toilet kita menjelajah ke belantara manusia-manusia modern, hingga berbagai penjuru kami datangi, dan akhirnya kami menemukan oasis atau tempat istirahat yang istimewa menurut saya. Di situ kami bisa duduk santai di sofa yang empuk, ditambah dengan pemandangan 6 TV besar, yang siap memanjakan mata kita dengan film-film bioskop yang sedang diputar oleh penjual kasetnya. Setelah lumayan bosan kita pergi dari situ untuk berputar-putar ke tempat makanan. Makanannya enak-enak dari Eropa hingga Asia ada semua, namun kami tidak membeli sepotong pun.

Kami lanjutkan perjalanannya ke Tugu Muda, kami sholat dulu di masjid UDINUS sebelumnya. Namun di situ hawanya capek sekali, jadi malas ingin jalan-jalan di Tugu Muda. Kami akhirnya sharing-sharing tentang apa itu idaman dan bagaimana idaman kita masing-masing. Awalnya saya dan Septi yang mulai mengobrol dengan batas Pria dan Wanita yang agak jauh, seperti film Amigos X Siempre ada tembok yang memisahkan Pria dan Wanita di dalam suatu sekolah, namun bedanya ini tidak ada temboknya.

Tak lama kita sharing-sharing datanglah Kang Saef membawa kamera DSLR nya. Karena datang telat Kang Saef bercerita lebih dahulu bagaimana wanita idamannya. Seperti biasa Kang Saef kalau bercerita selalu menyambung tidak putus-putus, bahkan dipancing oleh Septi hingga dari topik pembicaraan wanita idaman malah bercerita hingga kisah cintanya sampai ke akar-akarnya. Kang Saef sih mempunyai wanita idaman yaitu tinggi dan manis. Manis itu tidak cepat bosan, kalau cantik ya hanya sepintas saja begitu katanya. Tapi jika disuruh memilih tinggi atau manis dia lebih ke prioritas manisnya.

Dilanjutkan dengan saya, saya bercerita tentang Eun Hye, dia adalah wanita idaman sepanjang saya belum mengenal wanita idaman yang lainnya. Eun Hye atau Ayu Septiana memiliki raga yang biasa tapi jiwanya sangat unik. Dia itu seperti berlagak kekanak-kanakkan namun di dalam dirinya terdapat jiwa seperti intan yang kuat namun halus. Bahkan dia bisa memikat sahabat-sahabat saya sendiri, malah ada juga yang sampai sekarang masih dengan wajah yang palsu berteman dengan saya. Wanita idaman seperti Ayu adalah wanita yang bisa menolak keinginan ingin memilikinya dengan cara halus. Siapa coba yang tidak needy kalau kita dibuat penasaran terus apakah sudah dimaafkan atau diterima.

Ketika Septi sharing, kami buka lebar-lebar telinga kita karena kami sangat ingin mendengarkan apa sih yang diinginkan wanita dari Pria. Pria idaman Septi simple saja yaitu berani mengambil keputusan dan sungguh-sungguh itu saja. Sesudah puas sharing-sharingnya kami pun meninggalkan masjid UDINUS itu dengan perasaan lega bukan karena sudah BAB tapi sudah melampiaskan banyak perasaan. Bahkan yang rencana mau foto-foto dibatalkan karena kami sudah capek sekali. Kasihan ya DSLR nya dicuekin. (^^)

Selasa, 04 Desember 2012

Cara Hidup Burung by Mas Diko

Sebenarnya boleh-boleh saja memulai bisnis dengan modal nekat, namun mari kita simak lebih dalam tentang mindset teman-teman saya yang sudah berhasil membesarkan bisnisnya. Pada hari itu saya sedang membantu Kang Saef untuk mencari senar gitar di Gramedia. Sebelum memasuki toko buku itu kami pergi sholat di musholah yang baru dibangun di situ, tempatnya sempit namun sejuk dan bersih. Seperti biasa saya berputar-putar kemudian membaca yang saya kira itu menarik dan bermanfaat. Tidak hanya itu saya juga mensurvey novel seperti apa sih yang layak untuk dipasarkan.

Saya berhenti di salah satu rak buku novel terjemahan, dan saya melihat banyak seri Shelock Holmes tertata rapi. Saya tertarik untuk membacanya karena saya menyukai filmnya, tentunya film itu saya dapat dari Adhi, sang pencinta film. Selembar, dua lembar, sebab, loncat ke bab 4, memang kebiasaan saya suka langsung membaca dengan mengacak halamannya kalau di toko buku, seperti salah satu robot winspector menyecan dalam sekejap bukunya, ahh.. tiba-tiba kangen superhero waktu kecil. Ada yang membuat saya kaget ketika melihat cover buku tersebut, karena pengarangnya adalah Arthur Conan Doyle. Conan adalah nama samaran yang digunakan oleh Sinichi Kudo untuk mengelabui pacarnya di Anime Detektif Conan, yang tokoh utamanya adalah Conan Edogawa. Saya benar-benar terkejut setelah melihat google nama Edogawa, itu juga ternyata penulis Detektif terkenal di Jepang bernama Rampo Edogawa. Well, akhirnya Case Closed! Menarik karena namanya dikait-kaitkan oleh pengarang cerita Detektif, saling berhubungan satu sama lain, secara tidak sengaja mengajak kita memecahkan kasus di luar isi cerita dan bukunya juga. Setelah puas saya meninggalkan rak buku novel terjemahan dengan seadanya dan tidak rapi lagi. (^^)

Selalu ada hal yang menarik jika kita bilang iya. Film Yesman ada benarnya juga, saya tidak melakukan persiapan seperti mandi atau makan sedikit dulu, saya langsung menerima permintaan Kang Saef untuk menemani membelikan senar gitar di Gramedia, karena tidak disangka Aldi memberikan kabar gembira untuk kita. Malam ini juga kami akan gathering di Paragon Mall, tepatnya di Robuchon untuk bertemu dengan Mas Diko, Pengusaha dalam bidang informasi dan teknologi yang mempunyai usaha jasa perbaikan Laptop, dia menyebut dirinya dengan Dokter Laptop.

Di Robuchon kami bertemu dengan crew-crew Metamorvin yang saya bentuk sekitar 1 tahun yang lalu. Anggotanya tidak lain adalah 4 sahabat Semarang Lair yaitu Kang Saef, Aldi, Pras, dan saya sendiri. Kami dulu mendirikan usaha Keripik Pisang dan sudah berjalan 6 bulan, kemudian vakum karena banyak anggota yang resign, dan di Robuchon jugalah hal itu terjadi. Baru pertama kali ini saya ingin menangis seperti acara Penghuni terakhir ketika ada yang terekstradisi, pasti banyak yang termehek-mehek entah itu keluarganya atau teman sekamarnya. Ketiga orang itu seperti memberi amanat kepada saya untuk tetap menjaga bisnis Keripik Pisang ini. Namun ironisnya saya masih bingung untuk memulainya lagi tanpa mereka.

Selain anggota Metamorvin ada teman-teman lainnya seperti Chris dengan temannya, Tia teman sepekerjaan dengan Aldi dan Pras, dan juga Mada teman sepermainan kita. Dimulailah sharing bisnis yang dilakukan oleh Pemilik komunitas Telur Puyuh ini. Mas Diko benar-benar seperti orang yang tidak pernah kehabisan kata-kata. Tidak ada titik koma, ilmu-ilmu terus keluar dari mulut yang haus akan berbagi materi. Kami tidak bisa menyela dan hanya memperhatikan informasi atau ilmu-ilmu yang sambung menyambung tanpa putus dari Mas Diko. Kentang goreng yang dipesan pun tidak ada yang sempat memakannya hingga restauran Robuchon tutup.

Dari gaya mempresentasikan Mas Diko saya pun menyadari dan menyimpulkan sendiri bahwa Mas Diko adalah pengusaha ekstrovert dan Mas Reisal adalah pengusaha introvert. Bedanya dari kedua pengusaha ini yaitu dari cara berbisnis mereka, jika Mas Diko suka untuk berbagi ilmu dari mengajar ataupun mengisi seminar-seminar dengan orang banyak, sebaliknya Mas Reisal jarang untuk berbagi ilmu namun ketika beliau sudah ditemui, sharing ilmu yang didapat benar-benar banyak dan kita bisa lebih dekat untuk bertanya. Mindset mereka kira-kira hampir sama namun sedikit berbeda.

Mas Diko memberikan gambaran 10 tahun ke depan akan menjadi apa, jika ditarik garis lurus dengan apa yang dicita-citakan dengan realitas maka yang akan terjadi adalah banyak gangguan untuk menuju ke arah yang dicita-citakan. Ambil contoh untuk menjadi seorang pengusaha, pasti akan mendapat halangan seperti dengan banyak penawaran kerja bermunculan, dan ketika memutuskan untuk kerja dulu kemudian beralih ingin menjadi pengusaha ketika berumur 25 tahun, gangguan lain muncul dan pasti ini adalah masalah hidup dan mati. Ketika umur 25 tahun kondisi sudah menikah, apakah sang istri atau suami akan mau memberikan izin untuk berusaha, apalagi usaha itu adalah sesuatu yang sangat tidak mudah, maka dari itu istilah hidup adalah pilihan benar adanya.

Beda dengan Mas Reisal, beliau memberikan ilmu yang berhubungan dengan memulai sesuatu. Kata "Mulai" adalah hal yang sangat esensial dalam segala urusan apalagi jika ingin mengambil tindakan. Memulai di sini tidak semena-mena nekat untuk melakukan apa yang bisa dilakukan. Lebih kembali ke dalam diri sendiri, sebenarnya apa yang saya suka lakukan untuk hidup, tujuan apa yang ingin saya raih dalam hidup saya, dan definisi sukses menurut diri kalian sendiri itu seperti apa. Jika banyak hal yang disuka, beliau memberikan saran dari semua itu kira-kira yang dapat menghasilkan uang itu yang mana, atau jika selama ini saya salah mendapatkan jalan seperti ini, belajarlah lagi dan dapatkan ilmu lagi.

Bisa dianalogikan seperti kita mau donat seharga Rp 20.000 atau membeli buku panduannya yang sedikit mahal Rp 50.000, mungkin kalau orang yang malas apalagi konsumtif akan membeli makanan yang sudah jadi saja, tapi berbeda jika kita membeli buku panduannya, kita bisa membuat sendiri dan bahkan menjualnya lagi. Mas Reisal menyarankan saya jikalau ingin menambah ilmu lagi boleh-boleh saja, asal kali ini pilihan saya tidak salah lagi agar masa depan saya benar-benar sesuatu yang saya impikan selama ini. Kadang saya masih merasa aneh juga ketika dulu sedang jalan-jalan di gramedia secara tidak langsung saya membeli buku panduan untuk membuat cerita fiksi. (^^)

Kembali ke Mas Diko, beliau kemudian memberikan filosofi cara hidup burung. Filosofi ini erat hubungannya dengan Pengusaha dan Pekerja. Sesuatu yang akan mencuci otak kalian apakah kalian akan menjadi seekor burung pertama atau burung yang kedua. Burung pertama adalah burung yang selalu diberi makanan oleh induk di sarangnya setiap hari dan secara terjadwal. Burung Kedua adalah burung yang mencoba mencari makanan di tanah atau di darat yang di mana dia harus kembali ke sarangnya untuk tetap hidup. Bedanya adalah burung pertama itu pasti akan makan terus namun ketika induknya sudah mati, mereka tidak ada apa-apanya, sementara itu burung kedua sudah tahu cara memperoleh makan sendiri, bahkan ada yang lebih enak dari makanan sang induk burung. Burung pertama sama halnya dengan pekerja dan burung kedua adalah pengusaha, manakah yang sesuai dengan diri anda? Well, itu tetap menjadi keputusan hidup anda.

Sharing belum selesai sampai kita diusir, kita keluar dari Robuchon dengan membawa kentang yang belum dihabiskan, untung sudah sepi jadi saya bisa menikmati kentang itu sambil jalan dengan teman-teman saya. Akhirnya di lantai 1 kita melanjutkan lagi sharing-sharing dengan kondisi berdiri di saat para pekerja menutup toko dan ada pula yang berjalan ke luar Paragon Mall dengan melewati kita. Ketika ibu saya sudah menelpon dan Kang Saef sudah berbisik meminta saya untuk pulang, saya masih mendengarkan Mas Diko. Sekitar 15 menit setelah itu saya bisa menyalami Mas Diko untuk pamitan. Akhirnya saya bisa menghela nafas dan pulang dengan banyak ilmu. Saya membonceng motor Kang Saef selama perjalanan. Seperti biasa ketika keluar dari parkiran Paragon kita agak malu karena ketika kita masuk parkiran itu kita narsis ke kamera penjaga parkir, jadi kelihatan narsisnya deh sama petugasnya. (^^)