Saya berhenti di salah satu rak buku novel terjemahan, dan saya melihat banyak seri Shelock Holmes tertata rapi. Saya tertarik untuk membacanya karena saya menyukai filmnya, tentunya film itu saya dapat dari Adhi, sang pencinta film. Selembar, dua lembar, sebab, loncat ke bab 4, memang kebiasaan saya suka langsung membaca dengan mengacak halamannya kalau di toko buku, seperti salah satu robot winspector menyecan dalam sekejap bukunya, ahh.. tiba-tiba kangen superhero waktu kecil. Ada yang membuat saya kaget ketika melihat cover buku tersebut, karena pengarangnya adalah Arthur Conan Doyle. Conan adalah nama samaran yang digunakan oleh Sinichi Kudo untuk mengelabui pacarnya di Anime Detektif Conan, yang tokoh utamanya adalah Conan Edogawa. Saya benar-benar terkejut setelah melihat google nama Edogawa, itu juga ternyata penulis Detektif terkenal di Jepang bernama Rampo Edogawa. Well, akhirnya Case Closed! Menarik karena namanya dikait-kaitkan oleh pengarang cerita Detektif, saling berhubungan satu sama lain, secara tidak sengaja mengajak kita memecahkan kasus di luar isi cerita dan bukunya juga. Setelah puas saya meninggalkan rak buku novel terjemahan dengan seadanya dan tidak rapi lagi. (^^)
Selalu ada hal yang menarik jika kita bilang iya. Film Yesman ada benarnya juga, saya tidak melakukan persiapan seperti mandi atau makan sedikit dulu, saya langsung menerima permintaan Kang Saef untuk menemani membelikan senar gitar di Gramedia, karena tidak disangka Aldi memberikan kabar gembira untuk kita. Malam ini juga kami akan gathering di Paragon Mall, tepatnya di Robuchon untuk bertemu dengan Mas Diko, Pengusaha dalam bidang informasi dan teknologi yang mempunyai usaha jasa perbaikan Laptop, dia menyebut dirinya dengan Dokter Laptop.
Di Robuchon kami bertemu dengan crew-crew Metamorvin yang saya bentuk sekitar 1 tahun yang lalu. Anggotanya tidak lain adalah 4 sahabat Semarang Lair yaitu Kang Saef, Aldi, Pras, dan saya sendiri. Kami dulu mendirikan usaha Keripik Pisang dan sudah berjalan 6 bulan, kemudian vakum karena banyak anggota yang resign, dan di Robuchon jugalah hal itu terjadi. Baru pertama kali ini saya ingin menangis seperti acara Penghuni terakhir ketika ada yang terekstradisi, pasti banyak yang termehek-mehek entah itu keluarganya atau teman sekamarnya. Ketiga orang itu seperti memberi amanat kepada saya untuk tetap menjaga bisnis Keripik Pisang ini. Namun ironisnya saya masih bingung untuk memulainya lagi tanpa mereka.
Selain anggota Metamorvin ada teman-teman lainnya seperti Chris dengan temannya, Tia teman sepekerjaan dengan Aldi dan Pras, dan juga Mada teman sepermainan kita. Dimulailah sharing bisnis yang dilakukan oleh Pemilik komunitas Telur Puyuh ini. Mas Diko benar-benar seperti orang yang tidak pernah kehabisan kata-kata. Tidak ada titik koma, ilmu-ilmu terus keluar dari mulut yang haus akan berbagi materi. Kami tidak bisa menyela dan hanya memperhatikan informasi atau ilmu-ilmu yang sambung menyambung tanpa putus dari Mas Diko. Kentang goreng yang dipesan pun tidak ada yang sempat memakannya hingga restauran Robuchon tutup.
Dari gaya mempresentasikan Mas Diko saya pun menyadari dan menyimpulkan sendiri bahwa Mas Diko adalah pengusaha ekstrovert dan Mas Reisal adalah pengusaha introvert. Bedanya dari kedua pengusaha ini yaitu dari cara berbisnis mereka, jika Mas Diko suka untuk berbagi ilmu dari mengajar ataupun mengisi seminar-seminar dengan orang banyak, sebaliknya Mas Reisal jarang untuk berbagi ilmu namun ketika beliau sudah ditemui, sharing ilmu yang didapat benar-benar banyak dan kita bisa lebih dekat untuk bertanya. Mindset mereka kira-kira hampir sama namun sedikit berbeda.
Mas Diko memberikan gambaran 10 tahun ke depan akan menjadi apa, jika ditarik garis lurus dengan apa yang dicita-citakan dengan realitas maka yang akan terjadi adalah banyak gangguan untuk menuju ke arah yang dicita-citakan. Ambil contoh untuk menjadi seorang pengusaha, pasti akan mendapat halangan seperti dengan banyak penawaran kerja bermunculan, dan ketika memutuskan untuk kerja dulu kemudian beralih ingin menjadi pengusaha ketika berumur 25 tahun, gangguan lain muncul dan pasti ini adalah masalah hidup dan mati. Ketika umur 25 tahun kondisi sudah menikah, apakah sang istri atau suami akan mau memberikan izin untuk berusaha, apalagi usaha itu adalah sesuatu yang sangat tidak mudah, maka dari itu istilah hidup adalah pilihan benar adanya.
Beda dengan Mas Reisal, beliau memberikan ilmu yang berhubungan dengan memulai sesuatu. Kata "Mulai" adalah hal yang sangat esensial dalam segala urusan apalagi jika ingin mengambil tindakan. Memulai di sini tidak semena-mena nekat untuk melakukan apa yang bisa dilakukan. Lebih kembali ke dalam diri sendiri, sebenarnya apa yang saya suka lakukan untuk hidup, tujuan apa yang ingin saya raih dalam hidup saya, dan definisi sukses menurut diri kalian sendiri itu seperti apa. Jika banyak hal yang disuka, beliau memberikan saran dari semua itu kira-kira yang dapat menghasilkan uang itu yang mana, atau jika selama ini saya salah mendapatkan jalan seperti ini, belajarlah lagi dan dapatkan ilmu lagi.
Bisa dianalogikan seperti kita mau donat seharga Rp 20.000 atau membeli buku panduannya yang sedikit mahal Rp 50.000, mungkin kalau orang yang malas apalagi konsumtif akan membeli makanan yang sudah jadi saja, tapi berbeda jika kita membeli buku panduannya, kita bisa membuat sendiri dan bahkan menjualnya lagi. Mas Reisal menyarankan saya jikalau ingin menambah ilmu lagi boleh-boleh saja, asal kali ini pilihan saya tidak salah lagi agar masa depan saya benar-benar sesuatu yang saya impikan selama ini. Kadang saya masih merasa aneh juga ketika dulu sedang jalan-jalan di gramedia secara tidak langsung saya membeli buku panduan untuk membuat cerita fiksi. (^^)
Kembali ke Mas Diko, beliau kemudian memberikan filosofi cara hidup burung. Filosofi ini erat hubungannya dengan Pengusaha dan Pekerja. Sesuatu yang akan mencuci otak kalian apakah kalian akan menjadi seekor burung pertama atau burung yang kedua. Burung pertama adalah burung yang selalu diberi makanan oleh induk di sarangnya setiap hari dan secara terjadwal. Burung Kedua adalah burung yang mencoba mencari makanan di tanah atau di darat yang di mana dia harus kembali ke sarangnya untuk tetap hidup. Bedanya adalah burung pertama itu pasti akan makan terus namun ketika induknya sudah mati, mereka tidak ada apa-apanya, sementara itu burung kedua sudah tahu cara memperoleh makan sendiri, bahkan ada yang lebih enak dari makanan sang induk burung. Burung pertama sama halnya dengan pekerja dan burung kedua adalah pengusaha, manakah yang sesuai dengan diri anda? Well, itu tetap menjadi keputusan hidup anda.
Sharing belum selesai sampai kita diusir, kita keluar dari Robuchon dengan membawa kentang yang belum dihabiskan, untung sudah sepi jadi saya bisa menikmati kentang itu sambil jalan dengan teman-teman saya. Akhirnya di lantai 1 kita melanjutkan lagi sharing-sharing dengan kondisi berdiri di saat para pekerja menutup toko dan ada pula yang berjalan ke luar Paragon Mall dengan melewati kita. Ketika ibu saya sudah menelpon dan Kang Saef sudah berbisik meminta saya untuk pulang, saya masih mendengarkan Mas Diko. Sekitar 15 menit setelah itu saya bisa menyalami Mas Diko untuk pamitan. Akhirnya saya bisa menghela nafas dan pulang dengan banyak ilmu. Saya membonceng motor Kang Saef selama perjalanan. Seperti biasa ketika keluar dari parkiran Paragon kita agak malu karena ketika kita masuk parkiran itu kita narsis ke kamera penjaga parkir, jadi kelihatan narsisnya deh sama petugasnya. (^^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar