Tidak aneh kalau yang namanya wanita selalu memutar pembicaraan, dan kadang kita sebagai pria jika tidak sabar menghadapinya maka kita akan dianggap lemah dihadapan wanita. Saya sebenarnya ragu namun karena saya berlaku sebagai pria sejati saya pun ok-ok saja menanggapi menjemput langsung di rumahnya Putri, namun ketika Kang Saef datang, dia sms ketemuan saja. Setelah sampai tempat yang dimaksud untuk bertemu, Putri beralih lagi pemikirannya jemput ke rumahnya langsung saja, dan akhirnya kita berangkat. Septi, dia memiliki janji sendiri dengan teman kuliahnya dan kosnya untuk menghadiri Pandanaran Art Festival 2012 yang diadakan di jalan Pemuda Semarang, di mana itu dekat dengan pertemuan yang akan kita adakan, yaitu di Paragon.
Sesampainya di kafe Robuchon Paragon, saya langsung mengenalkan teman SD saya yaitu Putri kepada teman-teman saya. Saya kira sudah terlambat mengikuti seminar kecil-kecilan itu, ternyata Mas Diko nya juga baru sampai dan sedang asyik melahap makanan yang dipesannya. Pada acara itu ada Pras, Aldi, Chris, Mada, Denis, Tia, dan teman baru bernama Riza, tidak lupa dengan bintang tamu kita Mas Diko, sang pengusaha sukses di bidang IT dengan sebutan Dokter Laptop nya.
Kita dibuat melongo lagi seperti pertemuan kemarin karena obrolan yang berisi tentang kehidupan, mindset, wirausaha, dan sebagainya. Riza yang baru tahu pun sampai meneteskan air liurnya dari kejauhan saya lihat, saya berpikir apakah dia benar-benar menangkap apa yang sedang dibicarakannya ya. Hampir sekitar 2 jam kita mendengar ceramah dari Mas Diko, tapi beliau tidak segan-segan memberikan ilmunya. Kita jadi banyak tahu tentang wirausaha itu seperti apa, dan salah satunya adalah mengetahui apa mindset cita-cita kita. Kadang Mas Diko juga suka dengan quote-quote dari Mario Teguh dan Dedi Corbuzer. Kemarin yang saya ingat itu adalah soal cita-cita. Jadi dulu di salah satu acara Hitam Putih, Dedi Corbuzer pernah mengatakan "Yang berbahaya bukan memiliki cita-cita tapi tidak tercapai, melainkan tidak memiliki cita-cita tapi tercapai".
Mas Diko pernah bertanya ke murid-murid didiknya apa cita-cita kalian, walaupun ada yang jawabannya nyeleneh atau ketinggian seperti Presiden malah dihargai Mas Diko, berbeda dengan tidak tahu mau jadi apa, karena hidup seperti tidak ada arah tujuannya dan belum benar-benar hidup menurutnya. Kita pun sempat tersindir dengan itu apalagi kita masih mengandalkan orang tua untuk kebutuhan lain-lainnya. Makanya saya berseru kepada teman twitter dan BB bahwa saya ingin menjadi Direktur paling bahagia dan hidup mewah. Ada yang reply tweet saya yaitu sahabat baik saya Yopi Ardiyono, sutradara dari komunitas film Canopus dengan tweet "Yes...You can !". Dengan begitu kita bisa tahu dan bisa lebih percaya diri untuk meniti masa depan, Mas Diko bilang pengusaha besar pasti melakukan banyak hal yang gila.
Setelah itu dilanjutkan dengan ngobrol-ngobrol santai, tukar pin, dan nomor hp. Seperti yang dikatakan Mas Diko, pengusaha itu sebaiknya mengakrabkan orang yang baru dikenal daripada hanya teman lewat atau penonton saja. Di situ akhrinya Putri sudah bisa membaur dengan social circle saya, saling mengenal satu sama lain. Berbicara tentang pria dan wanita itu seperti apa dengan teman-teman yang memang dulunya suka membaca artikel percintaannya dari Ronald Frank, memang sebagian besar teman saya itu adalah Semarang Lair. Putri pun tidak asing dengan Tia, ternyata Tia adalah teman 1 kampus Fakultas Sastra UNDIP juga. Saking Putri dekat dengan mereka, Putri bilang ke saya, bahwa dia mempunyai free pass 1 jam di Inul Vista, sebenarnya Putri ingin mengajak tapi melihat-lihat keadaan teman-teman dan waktu juga sih, karena saya juga sudah berjanji oleh Ibunya, untuk mengembalikan Putri ke rumah tidak telalu malam.
Waktu sudah malam kita pun mencari makan di luar Paragon, karena tahu sendiri di dalam mall itu mahal-mahal dan berkelas. Akhirnya kita makan nasi kucing dan saling mengobrol di depan luat Paragon persis. Setelah lumayan kenyang kita pergi ke Pandanaran Art Festival. Ketika kita sedang asyik-asyik menikmati budaya-budaya yang ada di Semarang, kita dipanggil oleh salah satu gadis dari 1 tenda yang ada di situ. Awalnya saya pangling siapa dia. Oh ternyata Septi dengan kacamata birunya, benar-benar beda mukanya jika memakai kacamata biru itu. Dikenalilah dengan teman kosnya Septi, tidak lupa saya memperkenalkan Putri yang dulu pernah juga bertemu namun belum sempat kenal. Saya pun melihat jam tangan, namun saya lupa jam saya mati, saya lihat saja hp di kantong kanan saya, wah ternyata HP China yang saya lihat dan jam nya tidak tepat, akhirnya saya ambil saja HP BB saya yang berada di kantong kiri saya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 lebih 10 menit, kita pun langsung pamit ke Septi dan teman kosnya untuk mempercepat jalan-jalan di Pameran tersebut.
Ketika mau pulang kita bertemu dengan teman SD saya dengan Putri bernama Awan. Sekarang dia hampir sama tingginya dengan saya. Mungkin dia juga memakai trik saya dulu agar cepat tinggi. Dulu itu saya saking suka dan terobsesinya dengan anime Detektif Conan, saya berpikir saya ingin pendek, hingga saya memendek-mendekkan diri saya ke tembok dalam kamar yang sempit itu. Dengan keadaan yang lapar dan pusing, Putri saya antar pulang ke rumahnya. Perjalanan pulang melewati jembatan yang penuh dengan PSK, tempat-tempat angker, dan jalan yang sedang diperbaiki, akhirnya kita pun pulang dengan membawa banyak pengalaman hari ini. (^^)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar