Waktu itu kami curhat-curhat di chattingan Facebook. Saya pun jadi tertarik untuk menggali informasi tentang dirinya. Dan ternyata, dia adalah anaknya Bu Eko. Beliau adalah guru les-lesan saya sewaktu saya di bangku SMP. Berarti Naini itu rumahnya dekat sekali dengan saya, hanya beberapa jalan/gang dari rumah saya. Saya menceritakan bahwa dulu saya pernah melihat dia sedang ikut nimbrung waktu les berlangsung. Naini jarang melihat melihat ke belakang, namun saya bisa melihatnya, apa karena dia malu?
Di tengah kami sedang berchatting ria, tiba-tiba dia beralih ke pembicaraan serius. Naini sudah tidak tahan lagi, sepertinya mau bilang itu dari tadi bahwa sebenarnya dia suka sama saya ketika di banku SMA, namun saya tidak menyadarinya dan tidak mengenal malahan. Kemudian saya janjian ketemuan saja agar lebih clear. Saya tetapkan di Perpustakaan Wilayah, lusa ini.
Hari janjian pun tiba, kami pergi ke Perpustakaan Wilayah. Kenapa di situ? Saya menyukai karena tempatnya sepi, bisa menambah ilmu, dan paling enak untuk ngabuburit, karena dulu kebetulan kenal tempat itu waktu bulan Ramadhan. Walaupun kami mengambil buku untuk dibaca, tapi kami sepertinya tidak niat untuk membacanya. Kami malah asyik mengobrol dengan suara rendah di dekat tukang fotokopi yang ada di dalam perpustakaan itu.
Setelah dari Perpustakaan Wilayah kami melanjutkan ke luar untuk jalan-jalan lagi. Karena tadi kami membahas soal film-film Thailand, saya jadi teringat tentang snack Tao Kae Noi. Jadi kami mendatangi sebuah supermarket ADA yang ada di daerah sekitaran Tugu Muda. Barang yang kami cari pun ada, lalu kami membelinya dan waktu itu yang membayar adalah Naini. Saya bilang "Nanti kita gantian yah bayarinnya", agar ada timbal balik. Kami pun pulang dan ketika sudah sampai rumah Naini, saya tidak sempat membagi Tao Kae Noi-nya. Dan akhirnya Tao Kae Noi-nya diberikan untuk saya dulu, karena Naini waktu itu juga membeli biskuit kesukaannya, jadi bukan masalah besar.
Esok malam harinya, kami berchatting lagi. Naini berterima kasih karena sudah mengajaknya ke luar. Tiba-tiba dia chat agak menggetarkan saya. Dia bilang waktu itu dia sudah mengatakan ke pacarnya bahwa dia sayang sama saya, dan cinta sama saya. Ternyata pacarnya sendiri adalah teman saya sendiri, saya jadi tidak enak hati. Saya jadi berdosa walau hanya mengajaknya dia ke luar, kenapa saya tidak saya tolak saja waktu itu. Mungkin karena saya belum pernah diperlakukan seperti itu.
Pengakuan cinta seorang gadis kepada saya adalah pertama kali saya alami. Saya bingung dan merasa bersalah, saya jadi bingung untuk membalas seperti apa. Saya diam, tapi Naini terus-terusan chat. Saya melihat chat-chatnya menunjukkan sekali bahwa dia suka sekali dengan saya. Sekarang saya jadi tahu kenapa banyak gadis yang cuek kalau laki-lakinya terlalu meminta. Sebenarnya dalam posisi saya ini, mungkin adalah posisi laki-laki beruntung bisa ditembak duluan oleh gadis. Namun ternyata tidak semudah itu untuk memutuskan. Malamnya dia menangis terus, saya tidak bisa berbicara apapun, saya bisa merasakan chat yang dia berikan kepada saya. Saya bilang maaf, dia berusaha pura-pura tegar, namun apa daya dia adalah perempuan.
Karena kejadian itu, saya keluar bersama dengan Kang Saef untuk membeli Tao Kae Noi. Nantinya snack Tao Kae Noi itu aku berikan kepada Naini. Sesampai di depan rumahnya, Kang Saef duduk di luar rumahnya menjaga motor saya itu, karena saya tidak akan lama menemuinya. Ketika saya mengundang Naini, dia tidak berjilbab seperti biasanya. Ketika dia ke luar, tidak banyak kata yang ingin diucapkan. Dia terlihat hitam di sekitar matanya dan menungggu kata-kata yang terucap dari saya. Saya hanya bilang "Maaf, ini yang aku janjikan", sambil memberikan snack Tao Kae Noi itu. Setelah itu saya menuju ke motor Tiger saya. Sebelum pulang saya sempat meneteskan air mata, entah kenapa. Lalu pergi meninggalkan dengan senyuman terakhir agar dia tidak sedih.
Esoknya saya kedatangan tamu yang tak diundang. Dia adalah Alfid, pacarnya Naini dan juga teman saya waktu SMA namun berbeda kelas. Dia baru pertama kali ini datang ke rumah saya. Dia bisa datang karena informasi sahabat SMA saya yang dulu pernah tinggal di rumah saya tapi sekarang dia pindah rumah. Sudah pasti dia meminta penjelasan kenapa saya dekat dengan Naini. Dia marah sekali, saya tetap dingin untuk meredakan suasana. Saya jelaskan bahwa saya dan Naini itu berteman saja. Saya agak tidak terima, saya menjelaskan dengan baik-baik bahwa saya tidak ada perasaan apa-apa dengannya, saya menekankan kepada Alvid untuk selalu menjaganya dan menghiburnya. Percakapan hanya sebentar dia hanya meminta kepada saya untuk tidak berkomunikasi lagi dengan Naini, saya turuti namun dia harus melakukan apa yang saya ucapkan.
Setelah itu, saya pun masih sempat menerima pesan-pesan dari Naini melewati Facebook dan pesan singkat di HP. Pesan-pesan itu tidak lain adalah agar saya bisa menjadi pacar atau semacamnya, yang pastinya tidak dikatakan secara langsung. Hingga akhirnya dia memberi pesan yang menyatakan bahwa saya jahat. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Akhirnya dia unfriend saya di Facebook.
Beberapa bulan sudah terlewati tanpa ada kabar dari Naini lagi. Namun kemarin saya mendapatkan pesan tentang dirinya bahwa dia sudah lulus tinggal menunggu wisuda, saya pun turut senang. Tapi saya tetap menjaga perkataan saya.
Terima kasih juga Naini untuk kebaikanmu yang selama ini engkau berikan. Walau hanya sebentar mengenalmu, saya bisa mengerti banyak hal tentang hidup ini. Bahwasanya jika saya menolak kamu saya telah kehilangan orang yang mencintai saya. Tapi ketahuilah kamu Naini, kamu mungkin kehilangan cintaku tapi kamu tidak kehilangan aku sebagai teman kamu, teman yang akan selalu membantu kamu demi kebaikan. Sekali lagi terima kasih atas hari-hari yang menyenangkan itu. Semoga kamu bahagia dengan orang yang benar-benar mencintaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar