""'>

Sabtu, 13 Juli 2013

The Broken of Kereta TK

Waktu kecil, ketika masih anak TK-an, ada kejadian yang selalu saya ingat sampai sekarang ini, selain digigit sama monyet.

Saat itu adalah saatnya liburan bersama. Ada teman-teman TK saya, ada Ibu saya beserta orang tua murid lainnya, dan ada guru yang mengikuti acara itu. Kita akan menggunakan kereta pasar malam (yang ada roda mobilnya gitu) untuk mengelilingi Simpang Lima dari TK kita. Jaraknya lumayan jauh, sekitar 5 km, bolak-balik jadi 10 km.

Sebelum menaiki saya kelilingi dulu kereta itu. Ini mungkin kereta pasar malam yang sangat panjang, yang pernah saya temui! Setelah sibuk mencari-cari tempat yang cocok, ternyata bangku di depan sudah terisi semua. Tinggal bangku paling belakang yang masih kosong. Akhirnya saya duduk bersama Ibu saya dan saling berhadapan dengan teman TK saya dan orang tuanya. Mungkin model yang berhadap-hadapan gini sudah jarang ditemui sekarang (kayaknya / jarang lihat lagi sih).

Antar gerbong disambungkan oleh sebuah pengait besi yang menyerupai pancing, atau senjata yang biasa digunakan Captain Hook di dongeng Peter Pan. Itulah salah satu yang membuat saya khawatir dari semua bagian kereta itu. But show must go on! Kereta pelan-pelan melaju meninggalkan TK PGRI, tempat saya belajar dan bermain. Selama perjalanan kami bernyanyi bersama-sama. Suasana menjadi ceria seketika, apalagi ketika memutari Simpang Lima yang sangat luas itu.

Perjalanan hampir selesai dan kereta akan sampai di TK PGRI sebentar lagi. Untuk bisa memarkirkan kereta tepat di depan TK, kereta pun memutar di bundaran jalan raya. Bundaran itu, benar-benar bundar dan agak curam di pinggir jalannya. Suasana menjadi mencekam, saya bingung melihat orang-orang pada teriak. Ternyata gerbong kereta putus dari tengah sampai ke bagian gerbong paling belakang. Dan di belakang itu ada saya, Ibu, dan lainnya.

Orang-orang yang berada di depan gerbong saya, melompat dan ke luar menyelamatkan diri dari bahaya gerbong akan menabrak sesuatu. Ibu saya juga meninggalkan saya waktu itu. Tapi karena tidak tahu apa-apa, dan merasa masih aman-aman saja, saya masih tinggal di gerbong itu sendirian. Gerbong itu jatuh ke pinggiran, tepat di depan bengkel seperti las-lasan. Saya sangat bersyukur masih diberi umur panjang, untung tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Terima kasih Ya Allah atas perlindungan-Mu. Saya berpikir pasti ini juga doa dari Ibu saya, yang ingin anaknya tetap hidup.

Suasana sangat ramai, banyak orang yang melihat gerbong putus yang di dalamnya masih ada saya. Ibu langsung menggendong saya dari gerbong putus itu. Setelah saya bisa ke luar dari gerbong itu, segera ibu menggunakan angkot untuk pulang ke rumah. Kemudian, Ibu langsung menenangkan saya walau sebenarnya tidak apa-apa. Terima kasih Ibu, atas semuanya.

Related Post

18 komentar:

  1. Harus bersukur itu gan,gak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

    Ini kejadian pasti susah dilupain.

    BalasHapus
  2. aduh tulisannya kecil-kecil nih, saya agak susah ngebacanya.
    btw, ga nangis tuh? kalau saya msh tk sih ditinggal bentar aja udah nangis kejer tuh apalagi sampe ade kejadian kayak gitu hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu bisa diperbesar pakai, ukuran font yang terletak dekat sama judul header bang.., ga bang, masih polos banget saya waktu itu... :-(

      Hapus
  3. ebuset untung g kyak di final destination =_= suka parno ane ama yang beginian =_=

    BalasHapus
  4. Ibunya kok tega ninggalin yah :D

    BalasHapus
  5. Untunglah. Bad memory. Tapi iya knp ibunya kok ninggalin sih?

    BalasHapus
  6. what a bad memory, pasti gak kelupaan seumur hidup ini

    BalasHapus
  7. Mungkin ibu kamu lagi ada urusan bentar. Husnudzhan ya:)

    BalasHapus
  8. hmmmm Allah Maha Sayang kepada hambaNya, Itu reflek manusia, di dunia ini tidak ada yg sempurna meski pun itu ibu

    BalasHapus
  9. bentar deh, kok Ibunya ninggalin di gerbong sendirian gitu ya??? @.@ tapi alhamdulillah nggak kejadian apa apa ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. kelupaan mungkin, atau udah saking takutnya..., alhamdulillah

      Hapus