Kemarin saya datang ke suatu jobfair yang ada di UGM Yogyakarta, senang, capek, dan kecewa juga. Tapi semua itu sangat berharga untuk saya ceritakan di On The Way Raharjo ini.
Sekitar seminggu yang lalu saya mendapat pemberitahuan tentang adanya lowongan PT.PLN (Persero) melalui teman saya yang ada di Grup FB namanya Swambel Side. Itu adalah Grup atau kumpulan anak-anak yang seru, ngomongnya pedes-pedes, saking pedesnya mereka tanduk 3 wakul nasi, 3 teko es teh, dan 3 lembar bon jika lagi bokek. Saya senang sekali dengan teman-teman Swambel Side karena mereka walaupun sudah banyak yang lulus tapi mereka tetap kontak-kontakan, kasih kabar berita jikalau ada lowongan pekerjaan dan lain sebagainya. Saya klik link yang dikasih, saya lihat dan amati, tulisannya yang sempat buat saya agak kaget, saya lihat tempat drop lamarannya ada di Jobfair Yogyakarta, wah saya harus izin Orang Tua saya dulu nih.
Orang Tua saya terutama Ibu saya sangat menyayangi saya, kemanapun saya pergi jika sedang bersama teman-teman atau pulang larut malam, Ibu selalu telepon saya karena mengkhawatirkan saya. Dari kecil hingga sekarang pun saya masih diperlakukan seperti anak kecil atau bos kecil, apa-apa selalu dituruti kecuali yang membutuhkan uang banyak. Salah satu bentuk kepedulian Ibu terhadap saya, ketika saya akan mengikuti ujian atau tes tertulis, Ibu saya selalu menyiapkan apa-apa yang dibutuhkan untuk ujian nanti, dan peralatan itu dimasukkan ke dalam plastik agar tidak tercampur dengan peralatan yang dulu-dulu, walau saya seperti melihat ini peralatan ujian atau barang bukti ya, tapi saya sangat kagum dengan Ibu. Tapi Ayah juga, walau Ayah jarang berbicara dengan saya, tapi mungkin itu salah 1 bentuk sayang kepada saya, saya disuruh mencoba dan belajar sendiri apa yang saya alami selama ini agar tidak mengulangi kesalahan untuk kedua, ketiga, keempat, atau mungkin kelima kalinya. Saya meminta izin kepada mereka, saya diijinkan ke Yogyakarta asal berhati-hati, pelan-pelan, dan selamat sampai tujuan.
Saya dikabari salah satu sahabat kuliah dulu, namanya Rusli, sekarang dia masih mengikuti program studi S1 ekstensi jurusan Akuntansi tetapi ingin melamar PT.PLN (Persero) juga.
Rusli : "Jo, kamu mau lamar PLN di Jogja?"
Jojo : "Iya nih Rus, kamu mau lamar juga?"
Rusli : "Iya, ngomong-ngomong buat bensin butuh berapa Jo? ntar tak buat anggarannya"
Jojo : "Rp 20.000,- dah cukup sepertinya, eh Rus aku ga ngasih kamu soal anggaran lho"
Rusli : "Wah udah terlanjur saya entry datanya di Neraca, ni mau buat Laporannya Jo"
Jojo : "Udah Rus, cukup-cukup, kamu dapat nilai A dari saya"
Rusli : "Wah, makasih Jo, saya akan kabari yang lainnya dulu sekarang"
Jojo : "Iya silakan kabari berita bahagiamu ini nak"
Rusli : "Bukan Jo, saya kabari yang lain mau ikut ke Jogja ga?"
Jojo : "Oh maaf, lupa-lupa, silakan Rus"
Setelah menunggu beberapa lama.
Rusli : "Ok sudah diputuskan"
Jojo : "Jadi gimana Rus?"
Rusli : "SMSnya pending semua...."
Jojo : "Oh sabar-sabar...., oiya ngomong-ngomong ni nomor kamu ganti Rus, kok yang keluar nomor lain?"
Rusli : "Pake Nomornya Mama"
Jojo : "Wah, ya udah Rus cukup sekian dulu, takut ngabisin pulsa"
Rusli : "Gapapa Jo, lagian ini juga mau habis"
Jojo : "Makanya...."
Rusli : "Makanya apa Jo?"
Jojo : "Makanya makan yang banyak...., ya udah diisi dulu pulsa kamu tar kita kontek-kontekan lagi"
Rusli : "Oke"
Saya mikir wah jangan-jangan Mamanya Rusli adalah pelaku sms "Mama minta pulsa" tapi It's Ok lah kalau situasinya mendadak begini. Setelah Rusli mengisi ulang pulsa, dan sms terkirim, semua jawaban ragu-ragu semua, tinggal tunggu tanggal mainnya siapa yang akan ikut kami menuju petualangan tanpa batas ke Yogyakarta.
Sebelum Hari H tepatnya hari Jumat, daerah Tlogosari Semarang mengalami banjir karena mengalami curah hujan yang tinggi semalaman. Waktu itu seharusnya saya menyervis motor ke bengkel dan potong rambut tetapi saya batalkan karena banjir dimana-mana. Saya merasa takut besok bagaimana nasib saya, bisa berangkat atau tidak. Tidak seperti biasanya, banjir kali ini airnya masuk sampai rumah. Di rumah kegiatan saya isi dengan bermain internet terutama bermain jejaring sosial facebook, walau banjir membandang saya tetap online di ranjang. Mencoba menghilangkan rasa bosan di rumah, saya coba add teman-teman baru, dengan cara asal add aja. Banyak juga ya yang pake nama aneh-aneh, Diah Anak Baik kek, Anak Ndusun kek, dan lain sebagainya. Ini saya mikir pasti semua orang yang pakai nama seperti itu bukan lulusan dari Friendster, karena alumni-alumni Friendster kalau disuruh buka akun Friendsternya sendiri aja ogah-ogahan, makanya sekarang tobat dan beralih ke Facebook dengan sebaik-baiknya nama yang simple namun penuh makna. Sewaktu add-addin temen fb, ada teman saya namanya Evi, dia chat sama saya.
Jojo : "Hi Vi, aku lihat status kamu, di situ banjir juga"
Evi : "Iya nih, kamu kemasukkan juga?"
Jojo : "Iya sih, tapi keren ya kita masih bisa fb-an"
Evi : "Kakaka, kan supaya isa chat ma kamu :p"
Jojo : "Cielah, Mu'ucih ea :p"
Evi : "Aneh ya Jo, padahal dulu airnya ga sampe masuk rumah"
Jojo : "Iya nih Vi, ini juga airnya masuk rumah sampe tingginya semata kaki aku"
Evi : "Kok bisa ya Jo?"
Jojo : "Menurutku sih, resleting langitnya kebuka terus byurrr, jadilah ladang coklat"
Evi : "Valentine masih lama Jo! Kakaka! Eh Jo, udah dulu ya aku mau banjir-banjiran sama masku"
Jojo : "Oke deh, ati-ati ada buaya lho!"
Evi : "Lelaki buaya darat iya :p"
Jojo : "Perempuan buaya darat juga ada"
Evi : "Wah masa Jo, emang ciri-cirinya gimana?"
Jojo : "Dia suka banjir-banjiran sama masnya"
Evi : "Yee, maksud kamu, aku?"
Jojo : "Haha, jangan makan aku yak! *kabur"
Evi : "Awas ya, haha!"
Akhirnya tiba juga hari Sabtu. Hari ini saya akan berpetualang menuju Yogyakarta! Dengan penuh semangat saya mandi! Habis mandi, saya tidak lupa gosok gigi! Habis gosok gigi, saya tidak lupa kumur-kumur di dispenser kesayangan saya. Kebiasaan saya kalau kumur tuh sambil ngangkang dengan posisi kepala melihat langit, saya tekan tombolnya tuurr, grok-ogrok, cuh, saya ludahkan di lantai tempat untuk mencuci pakaian. Saya melakukan itu karena saya merasa kalau tidak kumur rasa odolnya masih nempel dan yang saya lakukan adalah menetralisirnya dengan air putih matang, jadi kalau ketelan bukan rasa odol lagi tapi rasa air kumur matang.
Setelah semuanya siap, saya keluar rumah dengan senyuman, tapi senyuman itu tidak bertahan lama, saya merasakan ada sesuatu yang dingin di bawah kaki saya, dan saya baru sadar ternyata rumah saya dan sekitarnya kebanjiran. Saya tidak menyerah begitu saja, saya tuntun motor Tiger saya dari rumah sampai di tempat yang tidak banjir. Saya tuntun dengan penuh perjuangan melewati semak-semak, rumput-rumput yang dipenuhi dengan air banjir, sempat lepas sandal saya tapi saya tetap maju dibantu Ayah saya dari belakang. Nah sampailah di tempatnya, kata ibu saya, di tempat ini banyak orang tiong hoa nya, dari dulu saya ke mana saja ya sampai-sampai saya tidak tahu bahwa di dekat kompleks saya terdapat kompleks pecinannya. Saya coba starter berkali-kali motor saya tidak hidup-hidup.
Ya udah, Bapak saya mencoba meminta bantuan tetangga saya yang bisa dalam urusan seperti ini, namanya Pak Koiri. Sambil menunggu, saya ditinggal sendirian, hanya dengan Tiger kesayangan saya, waktu menunggu ternyata benar ada cewek chinese lewat dengan motor bebeknya. Dia lihatin saya, saya balik lihatin dia. Tak lama kemudian, dia balik lagi dia lihatin lagi, mungkin dikira saya salesman yang di-PHK karena telat ngantor, soalnya waktu itu saya pakai baju putih celana bahan warna hitam sambil bawa tas laptop yang isinya lamaran dan jas hujan, tempat laptop saya isi dengan jas hujan, makanya banyak mengira saya punya laptop padahal tidak.
Ada sms dari Rusli, Rusli sudah siap menunggu di kosannya, saya sms apa mereka sudah siap dan dia mau menunggu dan memaklumi masalah saya di sini. Saya bersyukur mempunyai teman seperti Rusli, dia itu orangnya sangat menghargai dengan teman-teman yang lainnya, dan saya suka sekali waktu kuliah dulu, Rusli adalah orang yang sangatlah berguna dalam memajukan nilai akademik saya, mulai dari menyelesaikan tugas kuliah secara gratis tanpa pikir panjang, mengajari sebelum masuk ujian, membisikkan jawaban kepada saya untuk menjawab soal tersebut dan lain sebagainya. Entah kalau tidak ada Rusli saya akan jadi bagaimana. Akhirnya datang juga Pak Koiri, tetangga saya. Beliau memakai baju daleman putih dengan celana pendek saja. Pak Koiri memperbaiki bagian-bagian yang terkena air dulu, menuangkan air ke luar dari part yang kemasukkan air. Setelah semuanya sudah beres, beliau mencoba men-starter hingga dia buang gas (kentut) tapi sia-sia tidak bisa hidup, mungkin karena motor Tiger saya kumurnya pakai air ga mateng, jadi keracunan kan. Lalu, Pak Koiri pergi untuk membeli besi di dekat kompleks ini.
Ketika menunggu saya dan bapak saya bertemu dengan tetangga atau teman Bapak saya yang berlogat Batak. Bapak itu marah-marah, "Kenapa rumah sebagus saya masih bisa kemasukkan air banjir! Saya harus protes kenapa rumah yang di situ bisa bediri, memang ada surat izinnya! Saya mau membongkar itu rumah!" Menanggapi hal itu, saya hanya mencoba untuk tenang, karena kalau tidak, takutnya saya malah ikut-ikutan membongkar rumah itu dan tidak menjadi melamar kerja di Yogyakarta. Setelah berbincang-bincang dengan orang Batak itu, akhirnya Pak Koiri datang membawa busi tadi. Motor Tiger saya akhirnya memiliki busi baru, dan setelah distarter oleh Pak Koiri, akhirnya motor Tiger saya hidup kembali. Saya senang sekali, tapi ketika melihat jam ternyata udah 1 setengah jam membetulkan ini motor, sekarang sudah pk 08.30! Saya langsung tancap gas menuju kosan Rusli. Saya tidak memperdulikan fashion saya dulu, hanya celana yang saya lipat sampai lutut dengan sandal swalow warna hijau, saya berangkat dengan penuh percaya diri. Ternyata ketika menuju kosan Rusli, hanya bagian Tlogosari dan sekitarnya yang kebanjiran yang lainnya garing-garing saja. Akhirnya sampai juga di kosan Rusli, tapi kok sepi-sepi saja.
Jojo : "Yang lainnya mana Rus?"
Rusli : "Sebagian sudah on the way Yogyakarta, sebagian memang tidak ingin ikut ke Yogyakarta karena sesuatu"
Jojo : "Jadi, kita hanya berdua saja nih Rus?"
Rusli : "Iya Jo, tenang saja, saya tidak akan muntah dalam perjalanan"
Jojo : "Yakin kamu Rus?"
Rusli : "Iya dong, paling cuma mencret, sudahlah ayo kita berangkat!"
Jojo : "Oke, ada untungnya juga sih entar jadi ga tunggu-tungguan"
Saya dan Rusli sudah mantap pergi ke Yogyakarta. Ini adalah pengalaman pertama Rusli memakai kendaraan untuk berpergian jauh. Saya sedikit cerita-cerita ketika dalam perjalanan, tentang kenapa kita mau sampai melamar ke Yogyakarta.
Jojo : "Rus, bukannya kamu masih kuliah?"
Rusli : "Iyo, kenapa?"
Jojo : "Gak, kalau misalnya kamu keterima di PLN, berarti entar kamu putus sekolah donk?"
Rusli : "Haha, yo enggak to Jo, saya mau kerja di pagi hari dan kuliah di malam hari kalau bisa, kalau punya uang sendiri kan enak, bisa beli gundam, beyblade, atau yang lainnya"
Jojo : "Wah bagus tuh Rus, entar kita main gundam-gundaman bareng yak!"
Rusli : "Kamu jadi bapaknya, saya jadi anaknya ya"
Jojo : "Oke-oke...." Mengangguk ragu-ragu, Kok malah jadi kayak main ibu-ibuan ya.
Rusli : "Belok kanan Jo" Rusli melambaikan tangan ke kanan untuk menuju ke Pom Bensin.
Jojo : "Wah gawat tadi aku pake reting ke kiri tadi, bisa-bisa ketabrak dari belakang Rus"
Sekitar 3 jam, akhirnya kita sampai di UGM, kita mencoba mencari tempat parkiran UGM, agak kesusahan masuknya dari mana, tapi alhamdulillah ketemu juga. Waktu plat nomor saya ditulis.
Petugas Parkir : "Mas tadi nomor platnya berapa?"
Jojo : "K 6 empat kali (6666) KH Pak"
Petugas Parkir: "Ini Mas, silakan masuk"
Jojo : "Oke, makasih Pak"
Setelah memarkirkan kendaraan, saya baru mau memasukkan kertas parkir tadi ke dalam dompet saya. Ada suatu kejanggalan dalam kertas parkir tersebut, di situ tertulis K 6 4X KH bukannya K 6666 KH, Petugas Parkirnya sepertinya tahu kalau saya lagi capek dan ngantuk dan butuh hiburan atau bapaknya emang alay, jadi kalau ketawa aja pake hitungan jadi "ha5x".
Saya hampir saja kehujanan dalam perjalanan di jalan, untung sudah sampai di Jobfair, hujan deras dan para pengangguran lari menuju gedung tempat Jobfair. Sesampainya di Jobfair, saya langsung saja singkat waktu, saya langsung cari formulir masuk, dan antri di situ, syukurlah saya antri dengan benar, karena banyak para pengangguran masuk ke dalam antrian toilet.
Setelah masuk dalam gedung, saya benar-benar kecewa dengan penanganan anak UGM yang menjadi panitia waktu itu. Di situ terdapat police line, dan tertulis lamaran untuk PLN ditutup mohon hadir esok pagi. Banyak yang protes, banyak yang berkeluh kesah, tapi semua protes dan keluh kesah tidak membuat para petugas Jobfair bergeming sedikitpun. Saya langsung cari jalan lain, ternyata ada jalan lain menuju ke lamaran situ, tapi antrian panjaang banget, seperti tertulis dari sini 5 jam menuju lamaran PLN. Saya akhirnya alih pikiran saya mencoba lamar yang lain saja saya naik ke atas, saya tidak mempunyai kartu member, hanya formulir biasa, untung saya bisa masuk dengan santainya, entah waktu itu muka kita penuh derita makanya diizininkan masuk. Saya ke dalam melamar HONDA dan BlueBird. Rusli tidak mendaftar apa-apa karena tekadnya sudah bulat untuk melamar PLN.
Rusli ternyata ada janji jam 6 untuk menemani kakaknya untuk beli modem di Semarang. Ya udah saya langsung bilang ke Rusli untuk pulang karena waktu sudah mau menunjukkan jam 3, sebelum pergi kita cari makanan khas di situ, dicari-cari akhirnya ketemu juga warung untuk makan siang, kita berhenti dan langsung makan siang di Rumah Makan Masakan Padang! Yah gapapa, yang penting perut terisi dan bisa pulang dengan selamat.
Akhirnya setelah 3 jam perjalanan saya berhasil memulangkan Rusli di kossannya tepat waktu maghrib berkumandang, terima kasih Rus, sudah menemani hari yang panjang ini.
Selamat Malam saya Ricky Raharjo, sampai ketemu lagi.
ngakak bro. ceritanya mantap suraja
BalasHapus